Ruteng, VoxNtt.com- Di tengah rutinitas belajarnya, Santi masih sempat menyisihkan waktu untuk mengikuti olahraga bela diri cabang kempo. Kegiatan latihan kempo sama sekali tak mengganggu kesibukannya di sekolah.
Pemilik nama lengkap Maria Susanti Isabela ini mulai mengenal olahraga bela diri kempo sejak duduk kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP) St Petrus Ruteng.
Kala itu, ia mendapat tawaran dari kakak kelasnya untuk bergabung di Dojo Fransiskus-Ruteng, Kabupaten Manggarai-Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Awalnya tidak begitu serius mengikuti latihan. Namun, suatu ketika, ia memutuskan untuk pindah ke Dojo Karya-Ruteng.
Di Dojo Karya, remaja putri kelahiran Leda- Ruteng, 23 September 1997 ini tampak sudah mulai tekun menjalankan seluruh latihan yang diajarkan para simpai (pelatih kempo).
Perlahan-lahan pikiranya meyakini bahwa jalan sukses satu-satunya menjadi atlet kempo profesional ialah dengan doa dan kerja keras.
Dinamika latihan dengan segala macam rasa sakit maupun pahit, tidak sama sekali menyurutkan niatnya untuk berpaling dari kempo.
Tak terbayangkan sebelumnya di benak putri keenam dari delapan bersaudara, pasangan Katarina Susut dan Yohanes Madi itu bakal meraih kesuksesan lewat olahraga yang ia geluti. Standar keinginannya kala itu minimal memeroleh beberapa tingkatan level di kempo.
Berkat keuletan mengikuti latihan, ia sukses meraih juara III lomba di tingkat provinsi NTT pada tahun 2011 lalu. Perolehan ini merupakan titik dasar ambisi siswi SMAN I Langke Rembong ini untuk terus meraih prestasi yang lebih tinggi.
Perjuangan dan kerja keras menjadi senjata ampuh baginya untuk meraih langit-langit mimpi yang lebih tinggi.
Motivasi itu kemudian diasah, dipupuk bersama alunan waktu. Pada tahun 2014 lalu, ia berhasil memenangi kejuaraan Pekan Olahraga Propinsi (PORPROV) yang berlangsung di Kupang.
Prestasi itu membuat ia mendapat kesempatan mengikuti seleksi pra-PON di Kupang. Alhasil, dari 9 orang yang mengikuti seleksi, 4 dinyatakan lolos, termasuk dirinya.
Selanjutnya, pada Juni-Oktober 2015 ia mengikuti latihan di Training Center (TC) Kupang. Dan, pada tanggal 4-5 oktober 2015, ia mengikuti pra-PON di Bandung-Jawa Barat dan berhasil memboyong medali perunggu.
Pra-PON ini menjadi ajang seleksi peserta PON XIX yang juga diselenggarakan di Bandung pada 17 hingga 29 September 2016 lalu. Untuk cabang bela diri kempo, hanya 10 peserta yang lolos untuk mengikuti PON, salah satunya Santi.
Hasil PON ini, Santi adalah salah satu dari 6 rekannya, wakil kempo asal NTT yang mampu menyumbangkan prestasi gemilang, mengharumkan provinsi itu dengan meraih medali emas.
Ia memeroleh medali emas di kelas Randori 60 kg.
“Kekuatan utama saya adalah doa dan berserah sepenuhnya kepada kehendak Tuhan dan tekun berlatih,” katanya kepada sejumlah awak media di kantor bupati Manggarai, Senin (10/10/2016).
Selain berkat doa dan kerja keras, kata Santi, keberhasilannya pula merupakan buah dukungan dari pelatih, ketua kontingen, pemerintah, serta dukungan keluarga termasuk orangtua.
Atas prestasinya itu, ia kemudian memeroleh bonus dari Pemerintah Kabupaten Manggarai berupa uang tabungan sebesar Rp 50 juta dan satu unit sepeda motor.
Data yang dihimpun, secara keseluruhan para atlet berprestasi PON XIX NTT akan mendapat bonus sebanyak 46 rumah oleh pemerintah provinsi NTT. Saat ini sedang dibangun 20 unit rumah.
Pemerintah provinsi dan DPRD akan membangun lagi 26 rumah pada anggaran tahun 2017 mendatang.
Para atlet yang menerima rumah dari cabang olahraga kempo sebanyak 23, tinju lima atlet dan criket dua atlet. Selanjutnya, tarung drajat dan cabang olahraga atletik masing-masing satu orang.
Selain rumah, para atlet berprestasi ini akan diberi bonus uang tunai sebanyak Rp 2,5 miliar yang sudah disiapkan pemerintah provinsi NTT. (AA/VoN)