Ruteng, Vox NTT- Sekolah Menengah Atas Katolik (SMAK) St Fransiskus Ruteng, Kabupaten Manggarai baru pertama kali melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di tahun 2017 ini.
SMAK St Fransiskus merupakan satu satunya sekolah menengah umum di Kabupaten Manggarai yang menyelenggarakan UNBK tahun ini. Sementara dua sekolah lain yang menggunakan metode sama merupakan sekolah menengah kejuruan.
Kepala sekolah (Kepsek) SMAK St Fransiskus Ruteng, Pastor Martin Wiliam, Pr berharap ujian nasional kali ini bisa mendapatkan hasil yang memuaskan, meski baru saja beralih dari ujian manual ke UNBK.
Pastor Martin, Selasa (4/4/2017) mengungkapkan pada tahun sebelumnya, secara kolektif hasil ujian nasional SMAK St Fransiskus Ruteng mendapat hasil yang memuaskan.
“Oleh karena itu, pihaknya berharap tahun 2017, hasil UNBK di sekolahnya bisa mendapat hasil yang lebih, dalam arti perolehan nilai secara kolektif dari para siswa yang di atas rata-rata nasional bisa lebih banyak,” ungkapnya.
Penyelenggaraan UNBK ini kata dia, merupakan bagian dari komitmen sekolahnya untuk memelihara peningkatan kualitas belajar siswa dan kejujuran dalam penyelenggaraan ujian.
“Kami bersama dewan guru menyepakati penyelenggaraan ujian nasional tahun 2017 dengan sistem berbasis komputer bertujuan untuk menegaskan komitmen sekolah kami untuk menjaga kejujuran,” katanya.
Dia mengaku komitmen sekokahnya untuk menjaga kejujuran sudah terbukti. Hal itu ditandai pada ujian nasional tahun 2015 lalu, SMAK St Fransiskus mendapat sertifikat kejujuran dari Kementerian Pendidikan dengan perolehan nilai 80,4.
Sertifikat tersebut langsung ditandatangani oleh Menteri Pendidikan waktu itu, Anies Baswedan.
Menurut Pastor Martin, ada sejumlah hal positif dari penyelenggaraan UNBK. Hal positif itu antara lain;
Pertama, UNBK meminimalizir permasalahan dalam distribusi soal-soal dari pusat ke satuan-satuan pendidikan. Selama ini banyak terjadi keterlambatan dalam pengiriman. Dengan UNBK, ini bisa teratasi.
“Soal tiba tepat waktu. Kita tidak direpotkan dengan pengiriman. siswa-siswi menerima token lalu tinggal mengisi sesuai mekanisme,” katanya.
Kedua, UNBK mempercepat proses penilaian. Dalam sistem ini, pekerjaan para siswa langsung terkirim ke pusat. Sedangkan, sistem manual membutuhkan beberapa tahap dan sering tertunda karena faktor alam.
Ketiga, UNBK menghemat biaya. Proses distribusi soal ujian membutuhkan biaya yang besar. Tidak hanya transportasi, pengawalan agar tidak terjadi pembocoran membutuhkan biaya besar. Metode ujian berbasis komputer menekan biaya itu secara signifikan.
Keempat, khusus bagi siswa di daerah, UNBK membiasakan siswa-siswi dengan penggunaan komputer.
“Ini termasuk SMAK St. Fransiskus Ruteng yang baru kali pertama menyelenggarakan ujian seperti ini. Dengan UNBK, siswa-siswi kami menjadi lebih siap untuk mengikuti ujian testing masuk di perguruan tinggi yang banyak menggunakan metode berbasis komputer,” urainya.
Persiapan Ujian Sudah Matang
Pastor Martin mengaku telah melakukan berbagai persiapan untuk menghadapi ujian. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, sekolah menyelenggarakan bimbingan khusus bagi para siswa peserta ujian nasional. Bimbingan dilakukan selama semester terakhir pada sore hari.
Selain itu, sejak menerima tawaran penyelenggaraan UNBK oleh tim verifikasi Provinsi NTT pada November 2016, sekolahnya juga melakukan sejumlah persiapan khusus. Diantaranya menyangkut sarana dan prasarana serta kemampuan teknis siswa.
“Persiapan tidak hanya sarana prasarana laboratorium komputer tetapi juga kemampuan teknis para siswa. Simulasi dilakukan dua kali. Itu dilakukan pertama untuk menguji kesiapan fasilitas laboratorium. Kedua, simulasi dibuat untuk melatih siswa agar mereka mengenal perangkat-perangkat yang ada dan langkah-langkah teknis yang perlu mereka buat selama ujian,” urainya.
Untuk mendukung kelanjaran ujian nasional, sekolahnya telah bekerja sama dengan penyedia layanan internet dan PLN yang ada di Ruteng.
“Syukurlah, hari pertama ujian berjalan lancar. Kami berharap para siswa tetap tenang dan menyelesaikan proses ini dengan baik,” tukas Pastor Martin.
Untuk diketahui, tahun 2017 ini sebanyak 241 siswa SMAK Fransiskus menjadi peserta ujian nasional. Dari jumlah itu, 239 siswa mengikuti UNBK. Sedangkan, dua siswa lainnya yang adalah siswa berkebutuhan khusus, mengikuti ujian nasional dengan menggunakan pensil dan kertas. (Gerasimos Satria/VoN)