Atambua,Vox NTT– Berdasarkan hasil survey nasional, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya sekitar 21,8 persen yang berarti dari setiap 100 penduduk hanya sekitar 22 orang yang termasuk katergori well literate.
Indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan dari 21,8% di tahun 2013 dan meningkat 29,7% di tahun 2016.
Hal ini diungkapkan kepala Otoritas Jasa Keuangan(OJK) Provinsi NTT, I Wayan Sandyana dalam kegiatan Edukasi Keuangan bagi masyarakat di perbatasan yang digelar Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Republik Indonesia dan OJK Provinsi NTT di Aula Hotel Matahari Atambua, Kamis (01/02/2018).
Walaupun mengalami peningkatan, lanjut Wayan, masyarakat Indonesia ditengarai belum sepenuhnya memiliki pengetahun yang cukup mengenai bagaimana mengoptimalkan uang untuk kegiatan yang produktif.
“Masyarakat juga belum memahami dengan baik berbagai produk dan layanan jasa keuangan yang ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan formal dan lebih tertarik pada tawaran-tawaran investasi lain yang berpotensi merugikan mereka,” ujar Wayan.
Dilihat dari indeks literasi keuangan masyarakat untuk seluruh provinsi di wilayah Indonesia, Provinsi NTT memiliki indeks literasi keuangan di bawah rata-rata nasional yaitu sebesar 28%.
“Kondisi ini mencerminkan bahwa pengetahuan masyarakat NTT mengenai keuangan belum merata dengan baik,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Wayan meminta agar lembaga keuangan yang ada di NTT ikut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan inklusif bagi seluruh masyarakat.
“Sesuai kerangka pemerataan pertumbuhan ekonomi pemerintaha, pertumbuhan yang merata hanya akan dicapai jika NTT dapat tumbuh hingga setara dengan daerah lainnya,” pungkasnya.
Terpisah Sondang Marta Samosir, Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan mengatakan, edukasi yang diselenggarakan agar pemahaman masyarakat terkait keuangan bisa ditingkatkan.
Alasan dilakukannya edukasi bagi masyarakat perbatasan karena masyarakat masih jauh dari pusat informasi.
“Artinya literasi adalah dia (masyarakat) paham dengan produk keuangan, mengerti, kemudian untuk inkluisinya ada aksesnya yang ada”, jelas Sondang.
Terkait dengan literasi, Sondang mengatakanan bahwa masyarakat NTT mempunyai tingkat literasi sebesar 28% kemudian tingkat inkulisnya 62,2% dan literasi syariah 0,0% dan untuk inklusi syariah 5,8%.
Diharapkan melalui kegiatan edukasi yang diselenggarakan masyarakat tahu dan paham apa itu OJK, bagaimana supaya tidak masuk dalam investasi ilegal. Selain itu, peserta bisa menjadi sumber informasi kepada sesama dan bisa mengajak anak-anak agar menumbuhkan semangat untuk menabung.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Irvan K