Ende, Vox NTT-Pendamping pemberdayaan istri dan anak para migran, Koalisi Insan Peduli Migran dan Perantauan (KIP-MP) Kevikepan Ende, Sr. Venantin, CIJ membeberkan sejumlah hasil karya tangan istri dan anak-anak para migran.
Menurutnya, keluarga yang ditinggalkan oleh para migran diberi pendampingan untuk membuat produk-produk lokal.
“Ada tujuh anggota perempuan dan anak di Onebare Kecamatan Ende. Ada juga kelompok di Maunori, Kabupaten Nagekeo. Dan mereka akan diberi pelatihan membuat produk lokal,” kata Sr. Venantin.
Disebutkan, ada sekitar 6 produk yang dihasilkan oleh kelompok ibu dan anak para migran tersebut. Diantaranya, tas, dompet, minyak kemiri, minyak kelapa murni, minyak kelapa non kolesterol dan abon ikan segar.
Deretan produk lokal tersebut, kata Sr. Venantin, semuanya dipasarkan di Wisma Emaus, Jalan Diponegoro, Ende. Harganya bervariasi.
“Kalau untuk kelompok di Onebare, kemampuan mereka hanya bisa tenun. Nah, kain itu kalau dijual per lembar seharga 200 ribu. Kalau kita buat tas atau dompet dari kain tentu, maka hasil bisa kami dapat tiga kali lipat,” katanya.
“Uang hasil jual produk itu, ya semua untuk mereka. Untuk kebutuhan hidup keluarga mereka,” kata Sr. Venantin lagi.
Ia menambahkan, kelompok perempuan dan anak migran baru pertama kali melakukan pameran saat kegiatan pentas budaya di Lapangan Pancasila Ende baru-baru ini.
Bagi mereka, kendala yang dialami adalah pemasaran dan promosi. Sehingga diharapkan peran serta pemerintah untuk membuka akses serta mendampingi.
Koordinator KIP-MP, Irminus Deni mengatakan, proses pemberdayaan dilakukan berdasarkan kerja sama dengan BP3 TKI dan PMI Purna. Kerja sama itu dalam bentuk pendampingan, pengawasan produk serta penjualan hasil kelompok.
Ia berharap, dengan proses pendampingan itu dapat membuka hati semua pihak terutama pemerintah.
Penulis: Ian Bala
Editor: Adrianus Aba