Kupang, Vox NTT- Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr. drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc punya gagasan dan konsep tersendiri bagi salah satu kampus favorit di NTT itu.
Menurut Max, Undana Kupang merupakan salah satu universitas dengan visi orientasi global. Fokus keilmuan itu punya potensi di lahan kering dan pariwisata.
Di mata lulusan doktoral Fakultas Kedokteran Hewan UGM itu Undana Kupang bisa jadi punya daya tarik tersendiri untuk orang bisa belajar tentang lahan kering.
“Kita harus memiliki keunikan berdasarkan kearifan lokal yang perlu kita tingkatkan. Begitu juga aspek sosial budaya lahan kering. Itu menjadi daya tarik tersendiri bagi orang luar. Benar yang Pak Gubernur bilang NTT ini unik. Keunikan itu justru kita perlu ekspose,” jelas Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Undana itu kepada VoxNtt.com di Kupang, Rabu (05/05/2021) petang.
Dosen yang menamatkan pendidikan S2 dari Department of Biomedical and Tropical Veterinary Science, James Cook University-Australia tahun 1996 itu mengakui bahwa untuk pariwisata, masih menjadi pekerjaan rumah bagi Undana Kupang.
“Ke depan kita perlu membuka prodi yang mendukung konsep dan pengembangan pariwisata,” katanya.
Maxs juga menyebut saat ini Undana Kupang sedang melakukan upaya membentuk program studi baru.
“Kita sedang berusaha membuka prodi farmasi itu masih dalam proses penyampaian proposal,” ujarnya.
Suksesi Rektor
Nama Maxs santer disebut sebagai sosok yang kemudian didorong untuk menjadi calon rektor Undana menggantikan Fred Benu.
Bahkan, informasi yang dihimpun VoxNtt.com, Maxs menjadi calon rektor yang didukung oleh beberapa guru besar Undana Kupang karena memiliki kepribadian yang kalem dan baik.
Secara pengalaman sebagai pejabat struktural di Perguruan Tinggi, Maxs juga cukup mumpuni.
VoxNtt.com kemudian meminta pendapat Maxs terkait informasi tersebut. Ia merespons, bahwa kekuasaan bukan orientasinya, tetapi lebih kepada memberi diri untuk sebuah pengabdian.
“Saya kira memang tentunya, di samping keinginan, tapi bukan dalam arti orientasi kekuasaan lebih kepada memberi diri untuk pengabdian jika Tuhan berkenan untuk mengelola institusi ini. Saya mulai dari kelola LAP, Jadi Dekan dan Wakil Rektor saya anggap itu karunia Tuhan,” ujarnya.
Menurut Maxs, hal itu juga ditambah dengan dukungan rekan-rekannya di Undana.
“Ada teman-teman yang mendorong saya kemudian jadi sadar diri barangkali saya juga dianggap memiliki kapasitas untuk maju menjadi calon,” ucap Maxs.
Dalam pergumulan hidupnya, jika ada kesempatan untuk mendapatkan penilaian, maka ia akan ikut dalam proses.
Meski begitu, secara pribadi Maxs juga memberi kesempatan kepada siapa pun untuk maju sebagai calon rektor Undana.
“Undana ini kan banyak orang-orang potensi yah. Mereka menawarkan diri untuk berkontribusi bagi Undana pada akhirnya kan garis tangan dan pilihan tuhan yang bekerja,” ujarnya.
Menurutnya, siapa pun yang jadi rektor, maka dia harus bisa menghimpun banyak pemikiran untuk sebuah program yang berarti bagi Undana Kupang.
“Di pendidikan tinggi rektor ini kan hanya tugas tambahan jadi selesai masa jabatan kita kembali jadi dosen. Dalam fakta seperti itu mestinya kami yang di Perguruan Tinggi tidak mengenal jabatan seperti itu sebagai sesuai yang perlu kita kejar. Panggilan hidup kita itu jadi guru dan dosen. Fokus kita menjalani kepentingan yang lebih besar,” tandasnya.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba