*) Puisi-Puisi Bryan Lagaor

Di Meja Makan

Di meja makan

Menjadi tempat paling baik mengingat semuanya, bu..

Apalagi rengekku minta makan, sambil keluh waktu itu yang

tidak tahu isi periuk mengosong dan api kehilangan bara menjadikannya abu

Dan masih saja engkau berusaha menanak kasih begitu sayang

walaupun diam-diam menyajikannya tanpa garam

 

(sebab) Di meja makan 

bukan soal berapa banyak menu tersaji

juga bukan aroma supaya tetangga menelan air liur

tetapi sebenarnya perihal berapa besar kasih dan aroma sayang yang mau dicicipi

 

Di meja makan

Di mana saja

Entah kapan saja

Selalu saja, aku merindukan sajian kasihmu, bu.

Medio Februari 2020

Di Bawah Payung Hitam

Sebelum hujan cuma ingin rintik-rintik lalu menjadi lebat

kau  dengan payung di tangan sudah tersesat

sehingga lupa melihat bianglala terbit

 

Di bawah payung hitam

Ada dingin menguak lewat gigil, duka taba dirawat,

luka semakin nyalang menyanyat

dosa bertumpuk tak mau bertobat

dan puisi semakin kehilangan kata

 

Kau semacam nyaman di bawah payung hitam

Padahal tidak. Keringat gemetar dengan diam-diam

Gelisa semakin mondar-mandir di kepalamu

Air mata menjadi hujan bagi mata kakimu

 

Langkahmu ambigu. Antara melepas payung hitam 

Supaya bauh tubuhmu yang tidak mandi setahun itu, dibasuh hujan atau

Tetap di bawah payung hitam: tempat gigil dan gemetar bergiat

Kau putuskan saja sendiri.

Antara akhir Oktober dan awal November 2019

Cucuran Keringat Ayah yang Jatuh

Akan sangat tidak mungkin, kalau

kembali menghitung seluruh cucuran keringat ayahku yang jatuh:

di halaman rumah, di jalan-jalan, apalagi di setiap pematang sawah

Tumpah berserakan pada pangkal padi yang mulai tumbuh

 

Dia sendiri terbiasa dengan tiap hari berkeringat dan 

lain sekali jika satu-dua hari bulir-bulir keringat itu tak menjejaki kerut keningnya

Sehingga sudah tidak peduli berapa banyak yang tercurah

kadang sampai tertelan sendiri 

 

Namun sebenarnya lewat cucuran keringat ayah yang jatuh itu

ada cinta yang paling setia yang ayah tepati

ada sayang yang tak perna diungkapkannya tapi benar ia buktikan

ada  semangat paling gigih diperjuangkannya

 

Ayah….dari keringatmu kami tumbuh menuju buah

Tetaplah setia merawat janjimu untuk menunggu

Sampai memanen hasil keringatmu sendiri yang sudah jatuh

05 Februari 2020

Sepasang Mata Kekasih

Pada jumpa paling pertama

langsung akau mencintai sepasang matamu, apa adanya

Entalah. Ruwet sekali menemukan alasannya

mengapa demikian? Hanya terjadi begitu saja

 

Aku hanya mau kamu tahu

Di ceruk matamu aku selalu sempatkan waktuku

untuk jalan-jalan

sampai-sampai sempat ketiduran di bawah kelopak matamu 

 

Bagiku, sepasang matamu itu

Serupa telaga dalam petualanganku yang belum selesai ini

Menyimpan teduh yang tenang buat hiruk isi dalam kepalaku

 

Kekasih..

Mencintai sepasang matamu adalah mencintaimu utuh

Tidak setengah-setengah

Ledalero, 6 Februari 2020