Oleh: Angelina Revania Bili

Siswa kelas XI IPA, SMA Katolik St. Josef Freinademetz (SMAFREND)-Tambolaka

Pendidikan karakter sangat penting dalam perkembangan kehidupan kepribadian manusia. Dikatakan demikian karena dapat membentuk pribadi manusia tampil secara original dan humanism.

Peserta didik yang mampu berekspresi sebagai pribadi utuh akan menjadi teladan bagi orang lain dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan. Semua manusia berjuang untuk mengapai tujuan itu.

Namun realitas peserta didik sekarang karakternya kurang baik karena kurangnya pendidikan karakter di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Lantas muncul pertanyaan, Ada Apa Dengan Pendidikan Karakter Peserta Didik Hari Ini?”

Hal yang perlu diperhatikan secara serius adalah peningkatan pemahaman akan pentingnya pendidikan karakter.

Secara etimologis pendidikan berasal dari bahasa Latin, “educare” yang artinya membimbing keluar, dan karakter berasal dari bahasa Yunani, ”character” yang artinya sesuatu yang tercetak secara tetap.

Sehingga pendidikan pendidikan karakter dapat dimengerti sebagai proses membimbing dan mengembangkan nilai moral yang tertanam dalam diri seseorang agar tumbuh menjadi karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Thomas Lickona mengatakan pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang agar dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.

Sehingga kecerdasan intelektual dan harus berdampingan dengan nilai-nilai moral.

Ada tiga elemen utama yang menjadi dasar terbentuknya pendidikan karakter peserta didik.

Pertama, Keluarga. Keluarga adalah pendidikan pertama bagi seorang anak. Sejak awal karakter mulai dibentuk dari hal-hal kecil seperti cara makan yang baik, duduk yang sopan, dan cara berkomunikasi dengan orang lain.

Namun seiring waktu orang tua terjebak dalam pola hidup serba sibuk sehingga perhatian yang diberikan kepada anak tidak maksimal.

Hal ini juga terjadi karena faktor membandingkan anak yang satu dengan yang lain. Akibatnya anak merasa tertekan, keras kepala, dan melawan orangtuanya.

Padahal orangtua menjadi teladan yang penting di dalam keluarga. Maka keluarga harus menjadi pendidikan pertama yang menanamkan nilai-nilai moral agar anak bertumbuh menjadi pribadi yang berkarakter baik.

Kedua, Sekolah. Sekolah sebagai lembaga formal yang lebih kuat dalam membentuk karakter peserta didik. Namun semuanya tidak sesuai dengan harapan.

Sebagian besar mengutamakan aspek akademik daripada aspek moral. Kurangnya pengintegrasian nilai karakter dan minimnya sikap positif menjadi faktor yang belum berjalan secara optimal.

Selain itu, kasus bullying dan diskriminasi perlu ditangani, sehingga sekolah mempunyai pekerjaan ekstra untuk membina karakter peserta didik.

Ketiga, Lingkungan masyarakat. Hal yang dihadapi peserta didik dalam lingkungan masyarakat adalah perilaku tidak disiplin, tidak jujur, melakukan kekerasan, dan aneka tindakan amoral lainnya.

Mereka menganggap semuanya sebagai hal yang wajar. Selain itu budaya gotong royong menjadi luntur oleh minimnya interaksi sosial.

Padahal masyarakat sebagai basis bertumbuhnya karakter peserta didik menjadi pribadi manusia yang baik.

Selain itu pengaruh media sosial juga turut mempengaruhi karakter peserta didik. Di mana,media sosial digunakan untuk menyebar berita-berita hoaks, melakukan kekerasan, ujaran kebencian, menonton tayangan pornografi, dan hanyut di dalam game online.

Sehingga peserta didik harus mampu menjadi pribadi yang cerdas dalam bermedia sosial demi kemajuan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan perkembangan karakter yang baik.

Betapa pentingnya karakter peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Peran keluarga, sekolah dan masyarakat menjadi garda terdepan dalam mengaplikasikan nilai-nilai moral.

Oleh karena itu langkah konkret perlu adanya sosialisasi mengenai pentingnya pendidikan karakter sejak dini. Hal ini urgen karena segala kebaikan yang ditanam sejak dini akan berbunga dan menghasilkan buah kebaikan yang bisa menjadi contoh bagi orang lain.

Pendidikan karakter yang baik lahir dari rahim keluarga, sekolah dan masyarakat. Bila ketiga elemen ini bekerja sama secara baik dan berkelanjutan maka karakter dari peserta didik terbentuk secara otomatis sesuai dengan harapan untuk menjadi manusia yang berkualitas.

“Ketika kehilangan kekayaan, kita tidak kehilangan apa-apa.Ketika kehilangan kesehatan, kita kehilangan sesuatu.
Ketika kehilangan karakter, kita kehilangan segala-galanya.”(Billy Graham).