Mbay, Vox NTT- SDI Focolodo Rawe, Desa Focolodo Rawe, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo hingga kini mengalami kekurangan fasilitas meja dan kursi.
Akibatnya, ratusan siswa mulai dari kelas satu hingga enam terpaksa harus tidur di lantai ketika hendak mengikuti pelajaran.
Mirisnya, kekurangan tempat duduk dan meja tidak hanya terjadi pada salah satu kelas saja. Tetapi di seluruh ruangan mulai dari kelas satu hingga enam.
Meskipun ada beberapa kursi dan meja di dalam kelas, namun jumlahnya tidak sebanding dengan total siswa yang ada di SDI Focolodo Rawe.
Ketebatasan sarana dan prasarana sekolah memang sudah menjadi kendala utama bagi siswa dan guru pada sekolah yang telah berusia sebelas tahun ini.
Jesika So,o, siswa kelas empat SDI Focolodo Rawe kepada wartawan, Senin (19/03/2018), mengaku, situasi miris itu sudah dialaminya sejak masih duduk di bangku kelas satu.
Jesika mengisahkan, ketika mengikuti pembelajaran ia dan teman-temannya terpaksa harus berlutut di lantai. Apabila lutut terasa sakit, terpaksa harus disiasati dengan cara tidur di lantai sambil menulis.
Kata dia, untuk menulis para siswa terpaksa harus berdesak-desakan dengan teman lain akibat tidak memiliki meja. Bahkan, kursi digunakan sebagai meja agar bisa menulis materi yang diberikan oleh guru.
Jesika mengaku, keterbatasan meja dan kursi membuat mereka tidak merasa nyaman dan sangat terganggu saat mengikuti pembelajaran.
Tak jarang, ada siswa yang saling bertengkar ketika hendak menulis. Siswa saling rebut agar bisa memeroleh tempat yang layak untuk menulis dan duduk mendengar pembelajaran.
Baca Juga: Hati Warga Alorawe Terkoyak
Disaksikan awak media di SDI Focolodo Rawe, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah dalam hal kursi dan meja memang sangat kurang. Bahkan, beberapa ruangan kelas tidak memiliki kursi dan juga meja.
Meskipun terdapat sejumlah meja, namun tidak memiliki bangku. Sebaliknya, jika ada bangku tetapi tidak ada meja di dalam ruangan kelas.
Bukan saja kursi dan meja yang minim, papan tulis yang tidak layak masih tetap digunakan.
Papan tulis terpaksa menggunakan tembok dinding sekolah. Dinding diberi cat warna hitam agar bisa ditulis dengan kapur tulis.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Adrianus Aba