Ruteng, Vox NTT- Suasana di jalan depan Polres Manggarai, Jumat sore, 27 Juli agak lain dari biasanya yang ramai dengan lalu lintas kendaraan.
Sekitar pukul 16.00 Wita, Polisi Lalu Lintas dengan siaga di bagian selatan dan utara jalur itu. Mereka sibuk mengarahkan kendaraan agar tak melintasi jalan di depan Polres Manggarai.
Sementara jalan ratusan meter di depan kantor tersebut terisi dengan ribuan orang. Mereka yang adalah para pemuda dari PMKRI, GMNI, LMND, Senat Mahasiswa, dan sejumlah pelajar SMA tergabung dalam Forum Pemuda Peduli Kemanusian (FPPK).
Hari belum gelap, koordinator forum tersebut tampak sibuk membagikan lilin kepada peserta aksi damai. FKKP datang untuk menuntut keadilan bagi almarhum Ferdinandus Taruk dan keluarga.
Ferdy Taruk sebelumnya tewas setelah ditembak orang tak dikenal di Karot Ruteng, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai pada 27 Maret 2018 lalu, sekitar pukul 24.00 Wita.
Aksi membakar seribu lilin tersebut sebagai bentuk protes atas lambannya pengungkapan pelaku penembakan oleh Polres Manggarai.
Sekitar pukul 18.00 Wita, peserta aksi kemudian serempak menyalakan lilin yang dipegang masing-masing.
Ekspresi duka keluarga tampak terlihat saat aksi damai itu diisi dengan pembacaan puisi dan orasi dari utusan berbagai organisasi mahasiswa.
Terpantau, suasana semakin merinding ketika pemandu aksi mengundang Emanuel Suryadi dari pihak keluarga almarhum untuk membacakan puisi. Puisi itu berjudul “Sepucuk surat dari alam baka untuk Sang pemilik semesta”.
Pembacaan puisi Emanuel seakan membius peserta aksi. Betapa tidak, dengan suara serak dan sedikit tinggi, lalu perlahan rendah. Panjang-pendek dan keras-lembutnya suara, sungguh dijiwai Emanuel.
Mimik dan gerakan tubuhnya menunjukkan ia sedang merengek meminta bantuan kepada Sang Kuasa agar mengungkapkan pelaku penembakan almarhum Ferdy Taruk.
Fransikus Y.A Syukur, Juru bicara keluarga almarhum Ferdy Taruk dalam orasinya mendesak Polres Manggarai segera mengungkapkan pelaku penembakan.
Sebab, hampir empat bulan berlalu, pelaku masih misterius. Sementara keluarga masih hidup dalam duka lantaran pelaku belum ditemukan.
Tak hanya mendesak Polisi, Yos Syukur juga meminta Bupati Manggarai Deno Kamelus agar bersama-sama dengan keluarga mengawal kasus tersebut.
“Salah satu visi bupati kan penegakan supremasi hukum. Kami berharap bupati membantu kami berkoordinasi dengan Polres Manggarai, agar tidak ada Fredy-Fredy lain di Manggarai,” ujarnya.
Sudah Ada Calon Tersangka
Kasat Reskrim Polres Manggarai AKP Satria Wira Yudha di depan peserta aksi menegaskan, pihaknya tidak main-main dalam mengusut tuntas kasus kematian almarhum Ferdy Taruk.
Selanjutnya, saat menerima utusan peserta aksi di aula Polres Manggarai, Yudha kembali menegaskan, sudah menjadi kewajiban Kepolisian untuk mengungkapkan pelaku.
Dia menjelaskan, selama ini Polres Manggarai melakukan pembuktian secara ilmiah untuk kemudian bisa dipertanggungjawabkan saat di Pengadilan nanti.
“Karena kami sudah sampaikan bahwa tidak ada saksi yang melihat secara langsung, karena itu kami butuh pembuktian secara ilmiah. Kami sudah lakukan dengan beberapa ahli,” ujar Yudha.
Ahli-ahli itu lanjut dia, yakni dokter forensik dan balistik laboratorium forensik.
Dia mengatakan, dalam penyelidikannya sudah ada calon tersangka. Calon tersangka tersebut mengarah kepada satu orang yang pada malam kejadian, senjata masih berada dalam penguasaannya.
“Makanya kami sudah berani sampaikan, kami sudah memiliki nama calon tersangka,” sambung Yudha.
Yudha sendiri belum bisa memastikan apakah calon tersangka ini yang melakukan eksekusi.
Sebab itu, pihak Reskrim Polres Manggarai terus melakukan pengembangan penyelidikan terhadap kasus penembakan almarhum Ferdy Taruk.
Dia berjanji akan menetapkan tersangka tersebut pada Senin, 30 Juli 2018. Selanjutnya akan dilakukan konfresi pers untuk mengumumkan tersangka.
Penulis: Adrianus Aba