Borong, Vox NTT-Maria Yunita Jesuita akhirnya pulang dari Jakarta, Jumat (24/08/2018).
Siswi kelas XI SMAN 1 Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), NTT itu adalah salah satu pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) HUT RI ke-73 di Istana Negara.
Maria Jesuita terpilih dan mewakili NTT untuk menjadi anggota Paskibraka nasional tahun 2018 bersama 68 orang siswa lainnya dari 34 provinsi di seluruh Indonesia.
Matim dan NTT patut berbangga dengan Maria Jesuita yang tampil gagah saat HUT Kemerdekaan RI di Istana Negara.
Baca Juga: Jesuita Bangga Mewakili NTT dalam Paskibraka Nasional
Sehingga tidak heran saat remaja putri kelahiran Pau, 24 Juni 2001 ini kembali, disambut antusias seluruh stake holders lembaga pendidikan SMAN 1 Poco Ranaka.
Para siswa dan guru SMAN Poco Ranaka menanti kedatangan Maria Jesuita dari Jakarta di Jembatan Wae Reno sejak Jumat pagi.
Jembatan ini merupakan pembatas antara Kabupaten Matim dan Manggarai.
Bahkan para siswa dan guru rela berdiri menunggu sampai beberapa jam di pinggir jalan untuk melakukan pagar betis dengan penuh antusias.
“Sebagai bentuk kebanggaan dan penghargaan kepada pengibar bendera yang ke istana negara, dari sekolah diberikan pengalungan dengan selempang songke pada saat acara penjemputan itu,” kata Fransiskus Hadir, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Poco Ranaka kepada VoxNtt.com di sela-sela kegiatan penjemputan itu.
Selempang tersebut, kata dia, dikalungkan oleh saudara kembarnya Theresia Yuneti Harmina dan diapiti oleh siswa SMAN 1 Poco Ranaka yang ikut Paskibraka tingkat Kabupaten Matim.
Setelah acara pengalungan, Maria Jesuita diarak menuju SMAN 1 Poco Ranaka.
Arak-arakan itu penuh antusias sambil diiringi dentuman drum band dari sekolah tersebut.
Sementara Maria Jesuita dan anggota Paskibraka Kabupaten Matim berada di atas mobil pick up menuju SMAN 1 Poco Ranaka yang jaraknya ratusan meter dari jembatan Wae Reno.
“Karena ini merupakan kesempatan langka yang mana tidak semua sekolah dapatkan, dan belum tentu kami dapat kembali ke depannya,” ujar Fransiskus.
KR: Leo Jehatu
Editor: Ardy Abba