Kupang, Vox NTT- Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kupang dengan tegas menolak pelaksanaan jadwal pemilihan umum serentak pada tanggal 17 April 2019 mendatang.
Pasalnya, penetapan jawdal pemilihan umum serentak pada tanggal 17 April 2019 itu, bertepatan dengan hari Rabu terwa (hari berkabung) bagi umat kristiani.
Ketua Presidium PMKRI Kupang, Engelbertus Tobin Boli mencontohkan, di Kapupaten Flores Timur-NTT ada Semana Santa yang menjadi tradisi lokal keagamaan.
Semana Santa, kata Engelbertus, merupakan warisan dengan akulturasi budaya agama dan tradisi lokal keagamaan.
Ritus ini sudah kental dan mengakar kuat dan terus dijalankan setiap tahunnya.
Biasanya prosesi Semana Santa didatangi para peziarah, baik dari lokal maupun mancanegara yang setiap tahunnya terus meningkat.
“Kalau dilihat dari partisipasi pemilu nanti akan berkurang,” tegas Engelbertus kepada VoxNtt.com, Jumat siang (31/08/2018).
Engelbertus mengatakan, sebagai warga Negara penetapan pemilihan serentak 2019 itu merupakan sebuah bentuk ketidakadilan dalam berdemokrasi.
“Untuk itu, kami menginginkan perayaan keagamaan bagi umat kristiani tanpa adanya kegiatan lain yang menggangu aktivitas umat kristiani,” ujar mahasiswa asal Flores Timur itu.
Di menegaskan, kalau pelaksanaan pemilu ini tetap dilaksanakan pada tanggal yang sama, maka PMKRI Kupang secara organisatoris akan melakukan aksi besar-besaran.
Aksi unjuk rasa itu nanti melibatkan semua elemen yang menginginkan penundaan pelaksanaan pemilu serentak tahun 2019.
“Kami juga akan mendesak DPRD untuk segera memnaggil dan mendesak KPUD Provinsi NTT mengajukan usulan penundaan pemilu untuk wilayah NTT dan atau secara nasional kepada KPU pusat sebagai bentuk kepekaan terhadap kondisi masyarakat NTT saat pelaksanaan pemilu,” tegas Engelbertus.
Engelbertus juga meminta Pemerintah Provinsi NTT agar mengeluarkan pernyataan kepada pemerintah pusat dan KPU pusat.
Pernyataan tersebut terutama menolak jadwal pemilu serentak yang bertepatan dengan hari raya keagamaan umat kristiani.
“Sehingga menunjukan karakter kepemimpinan yang toleran, serta menghargai nilai-nilai demokrasi dan pluralisme yang ada di Negara ini,” katanya.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba