Oleh: Rm. Ande Kabelen, Pr*
Reaksi orang bernada sinis. Gereja mau jadi apa? Gereja mau dibawa ke mana? Begitulah antara lain reaksi orang ketika Kardinal Roncalli terpilih jadi Paus dengan nama Paus Yohanes XXIII.
Soalnya masih banyak kardinal lain yang dianggap lebih pintar dan lebih energik. Tapi dialah yang mengumumkan diadakan Konsili Vatikan II yang bersejarah itu.
Ia perkenalkan moto: “aggiornamento”. Gereja harus selalu memperbaharui diri sesuai tuntutan zaman.
Secara simbolis ia buka jendela Vatikan lebar-lebar, agar angin segar bisa berembus masuk dan pandangan jauh ke depan tidak terhalang.
Tapi katanya, sesudah pengumuman yang mengejutkan dunia tentang diadakan konsili Vatikan II itu, ia sendiri terkejut dan tak bisa tidur.
Ia sangat gelisah. Mengapa bisa jadi begitu? Belum ada persiapan. Tapi dalam kegelisahan itu, ia ditegur. Mengapa gelisah? Konsili itu urusan Roh Kudus. Bukan urusanmu.
Sama dengan reaksi Maria ketika terima kabar malaikat (Luk 1:26-38). Roh Kudus bukan Allah yang hanya berperan kalau darurat, tapi Ia terus berperan dalam seluruh hidup Yesus, Gereja dan kehidupan kita masing-masing. Tidak mencolok tapi sangat terasa.
Ketika mau meninggalkan para murid, Yesus berjanji akan minta Bapa untuk beri penolong yang lain untuk menyertai para murid. Dunia tak dapat terima Dia, sebab dunia tidak kenal Dia. Ia menyertai para murid dan diam dalam para murid.
Yesus janji menyertai kita sampai akhir zaman. Ia tidak kita lihat sebab Ia menyertai kita dalam RohNya itu.
Sayangnya, kita kenal dan akui peran Roh Kudus hanya kalau mau hadapi ujian di sekolah. Tapi Yesus beri jaminan, RohNya tetap beserta kita sampai akhir zaman.
Kalau begitu mengapa kita takut kalau ada ancaman terhadap keamanan dan kenyamanan hidup kita sebagai kawanan kecil di antara mayoritas?
Semakin ditantang, semakin Gereja kuat dan luas berkembang, bukan?***
Rm. Ande Kabelen, Pr adalah salah satu staf pembina di Seminar Tinggi St. Mikael, Penfui, Kota Kupang, NTT.