Bajawa, Vox NTT– Akhir tahun 2015 lalu, Langa Trekking Community (LTC) dibentuk.
LTC yang beranggotakan anak muda itu mulai memikirkan konsep komunitas saat mereka bersama di Organisasi Pemuda Katolik (OMK) Paroki Langa, Bajawa, Kabupaten Ngada-Flores.
Sederhana saja, konsep awal para pemuda Langa yang tergabung dalam LTC kala itu. Mereka bermimpi komunitas yang dibentuk bisa berguna sebagai media menyalurkan hobi dan bisa mendatangkan uang.
Mereka memang terdiri dari latar belakang pendidikan dan profesi yang berbeda-beda. LTC dibentuk sebagai wadah bersama untuk mengisi waktu luang para anggotanya.
Para anggota LTC kemudian bersepakat untuk melakukan trekking dan jalan-jalan ke sejumlah tempat pariwisata di Kabupaten Ngada.
Konsepnya, yakni mereka terlibat dalam promosi tempat pariwisata di daerah itu. Langkah awal tentu saja harus mendatangi obyek wisata.
Naik gunung turun gunung, menerobos alam liar, dan membuat jalur wisata baru menjadi aktivitas rutin dari LTC.
Hingga kini, LTC beranggota tetap 8 orang. Anggota sangat aktif ketika ada jadwal tour dan membuka jalan baru ke lokasi wisata alam maupun wisata budaya.
Sejak awal dibentuk, LTC sudah banyak mendampingi ratusan wisatawan manca negara untuk menikmati wisata alam dan budaya di wilayah Ngada.
Tidak hanya itu saja, bahkan sudah beberapa kali group dari lembaga pendidikan Amerika datang ke Indonesia untuk belajar di LTC.
Koordinator LTC, Mertin Lusi kepada VoxNtt.com, Sabtu (17/6/2017), mengatakan pihaknya sedang berupaya untuk menunjukkan kepada wisatawan, baik lokal maupun mancanegara bahwa di Kabupaten Ngada terdapat banyak aset wisata alam dan budaya yang wajib diunjungi.
Selain untuk dikunjungi menurut LTC, juga wajib untuk dirawat sebagai warisan budaya.
LTC juga menyediakan jasa tour guide ke berbagai lokasi tempat wisata. Itu mereka sudah konsepkan matang di samping menyalurkan hobi jalan-jalan ke tempat pariwisata.
Mertin mengaku, anggota LTC memang belum memiliki kemampuan cukup berbahasa asing sebagai modal komunikasi dengan wisatawan manca Negara.
Anggota LTC kata dia, hanya bermodalkan nekat, tulus dan jujur dalam menjalankan tugas sebagai tour guide.
“Diantara kami tidak ada yang pandai berbahasa asing, namun kami hanya mampu menunjukkan apa adanya kami dan kami melayani tamu layaknya saudara dengan penuh ketulusan dan kejujuran. Kami sangat banyak kekurangan, namun kami tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik dari yang kami miliki,” tukas Mertin.
“Komunitas ini masih baru dan kami belajar bersama untuk saling mendukung agar melestarikan warisan budaya dan alam yang diterima dengan cuma cuma ini,” tambah dia.
Mertin mengatakan, ada banyak pengetahuan baru yang dirasakan anggota ketika bergabung dalam LTC, selain memikirkan konsep bersama dalam mempromosikan tempat pariwisata di Ngada.
Pengetahuan baru itu diantaranya saling menghargai kelebihan dan kekurangan sesama, belajar tentang kepemimpinan yang baik, belajar bersikap rendah hati, keterbukaan, dan belajar kejujuran.
Saat ini LTC memiliki sekretariat yang berada persis di wilayah Desa Borani, Kecamatan Bajawa.
Selain tempat berkumpul, sekretariat juga dimanfaatkan untuk menjual souvenir tradisional bagi para pengunjung wisata yang datang melintasi wilayah Langa.
Mertin sangat berharap ada pihak-pihak yang lebih berkompeten yang bisa membantu LTC berkembang ke arah yang lebih baik. (Arkadius Togo/VoN).