Mbay, Vox NTT- Masyarakat Desa Aeramo, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo menjadi contoh kerukunan yang sesungguhnya.
Masyarakat Desa Aeramo yang mayoritas pemeluk Kristen Katolik bersatu membangun sebuah masjid yang diberi nama Nurul Jihad.
”Banyak orang berteriak kerukunan, toleransi, NKRI, Aeramo wujudkan itu dalam tindakan nyata. Umat Islam pelihara suasana ini. Jangan biarkan suasana seperti ini cepat berlalu,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Nagekeo, Muhammad Yunus Manetima dalam sambutannya pada kegiatan Peletakan Batu Pertama Masjid Nurul Jihad Aeramo, Kamis (10/8/2017).
Yunus mengatakan, dukungan Pemerintah Desa Aeramo, Fungsionaris dan masyarakat adat Nataia, dan Umat Katolik Desa Aeramo terhadap pembangunan masjid di desa itu, menunjukkan kepedulian yang tinggi seluruh komponen masyarakat terhadap kebutuhan Umat Islam akan rumah ibadah yang layak.
“Masjid ini tidak sekedar rencana atau keinginan Umat Islam, tapi seluruh masyarakat Aeramo,” katanya.
Kepala Desa Aeramo, Serevinus Mena juga mengaku bangga dengan keterlibat sejumlah pihak dalam mendukung pembangunan masjid Nurul Jihad.
“Saya bangga menjadi pemimpin di wilayah yang masyarakatnya pluralis. Kami masyarakat Aeramo, terdiri dari berbagai etnis dan agama tapi kami tetap satu,” kata Serevinus.
Serevinus menjelaskan, membangun masjid tidak sekedar kebutuhan Umat Islam. Namun lebih dari itu yakin membangun rumah Tuhan.
“Bagi kami agama penting, tapi lebih penting persaudaraan,” katanya.
Dia menambahkan masyarakat Aeramo saat ini tengah melaksanakan dua kegiatan besar. Keduanya yakni; pembangunan Gereja Kerahiman Ilahi Aeramo dan Masjid Nurul Jihad Aeramo.
Khusus untuk pembangunan masjid, ungkap Serevinus, sesuai rancangan membutuhkan anggaran sebesar Rp 3.896.000.000,-. Sedangkan dana yang ada baru Rp 173 juta.
Karena itu ia berharap dukungan dari semua pihak agar dua pekerjaan besar itu bisa diselesaikan.
Pembangunan masjid direncanakan berlantai dua dengan luas 18 x 18 meter persegi. Hal itu cukup mendesak, mengingat bangunan masjid yang ada sudah tidak layak, baik dari fisik bangunan maupun kapasitas daya tampung.
“Masjid yang lama dibangun tahu 1983 atau 34 tahun. Kurang memadai baik untuk sholat Jumat maupun hari besar keagamaan,” kata Serevinus.
Tambah Serevinus, ketika beberapa tokoh Muslim Aeramo datang padanya menyampaikan niat untuk membangun masjid dan meminta tambahan lahan, dirinya langsung berkomunikasi dengan Fungsionaris Nataia.
“Ternyata Suku Nataia melalui Ketua Suku, Bapak Patris Seo merespon positif dan mengatakan lebih cepat lebih baik. Suku memberi tambah tanah 22 x 40 meter persegi,” katanya.
“Kami masyarakat adat dan fingsionaris adat menjunjung tinggi prinsip Tii mona wiki, pati mona lai, (yang sudah diberikan tidak akan diambil kembali),” ujar Serevinus.
Bupati Nagekeo, Elias Djo mengatakan pembangunan masjid baru memang mendesak dilakukan. Sebab, masjid yang ada sudah tidak mampu menampung jumlah jemaah yang terus bertambah.
Elias berharap, panitia pembangunan masjid segera memulai pembangunan dengan dana yang ada sambil terus berusaha mencari bantuan.
Pada kesempatan itu Elias juga menghimbau masyarakat Aeramo untuk tetap menjaga kerukunan. (Arkadius Togo/AA/VoN)