Borong, Vox NTT- Meski berstatus sekolah negeri, SMPN 4 Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) masih menggunakan gedung darurat.
Dua gedung sekolah yang beralamat di Satar Mawu, Desa Wela Lada, Kecamatan Sambi Rampas itu masih berdinding bambu dan berlantai tanah. Gedung darurat yang digunakan siswa dalam proses belajar mengajar dibangun atas inisiatif masyarakat dan pihak sekolah pada tahun 2015 yang lalu.
Guru SMPN 4 Sambi Rampas, Fendi Ruem kepada VoxNtt.com di Borong, Selasa (18/12/2017), membenarkan kondisi dua gedung darurat yang hingga tak kunjung diperhatikan pemerintah itu.
“Kalau hujan ruangan kelas dipenuhi air. Air hujan masuk dari dinding juga dari samping bawah ruangan. Akibatnya, proses KBM tidak berjalan efektif,” aku Fendi.
Mirisnya kata dia, kondisi gedung darurat itu saat ini sudah miring akibat angin deras dan hujan lebat pada Januari lalu. Kemungkinan tidak bertahan lama lagi. Apalagi sekarang memasuki musim hujan.
“Gedungnya sudah miring. Rangka-rangka atapnya juga mau terlepas,” ujar Fendi.
Menurut dia SMPN 4 Sambi Rampas sebenarnya membutuhkan 6 ruangan kelas permanen. Sebab sudah ada 6 rombongan belajar dengan total siswa sebanyak 150 orang.
Saat ini hanya ada tiga ruangan kelas yang permanen. Sedangkan dua lainnya masih darurat.
Kondisi ruangan darurat itu juga tidal sesuai ukuran normal. Hanya berikuran 5×6 meter. Selain itu, fasilitas di dalamnya juga masih sangat minim.
“Bayangkan, satu bangku diduduki empat orang. Itu pun karena terpaksa,” ungkap Fendi.
Dia mengaku gedung perpustakaan terpaksa dipakai multiguna. Itu karena keterbatasan ruangan.
Gedung perpustakaan dipakai sebabagai ruang olahraga, perpustakaan, ruang Kepala Sekolah, dan ruang guru.
Tokoh masyarakat Satar Mawu, Yohanes Fander berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Matim untuk memperhatikan kondisi gedung SMPN 4 Sambi Rampas tersebut.
“Kasian anak-anak dan guru kalau hujan. Ruang kelas dipenuhi air. Jadinya kan kegiatan belajar terganggu. Mohon ini diperhatikan. Darurat sekali gedungnya,” ungkanya.
Penulis: Nansianus Taris
Editor: Adrianus Aba