Labuan Bajo, Vox NTT- Hampir Pukul 19.00 waktu setempat, kami tiba di Mbaru Gendang Satar Ara, setelah bersama rombongan menyusuri wilayah Wajur-Kolang dan Waning-Ndoso Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT.
Sebelum memasuki rumah adat/mbaru gendang, dari jauh sudah terdengar riuh gendang yang ditabuh sejak hari menjelang sore. Bunyi gendang yang ditabuh dengan berbagai irama tersebut seperti memecah kesunyian di tengah kampung yang sedang gelap karena listriknya padam.
Bunyi-bunyian itu menunjukan semangat serta keyakinan masyarakat setempat untuk mengutus Paket Benny K. Harman-Benny Litelnoni (Harmoni) dalam Pilgub NTT 27 Juni mendatang.
Menyusuri kampung ke kampung sudah menjadi rutinitas tim Harmoni belakangan ini. Tanpa lelah cagub Benny K. Harman terus berjalan dari satu titik ke titik yang lain untuk menemui rakyat pemilih.
Hari ini Rabu (22/03/2018), Cagub yang berpasangan dengan Cawagub Benny A. Litelnoni ini mengunjungi masyarakat di Satar Ara, Kelurahan Nantal, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat.
Di sini Cagub yang kerap disapa BKH ini disambut nyala lilin yang menerangi seisi mbaru gendang (Rumah Adat).
Nyala lilin itu bukan merupakan ritual adat setempat, tetapi karena listrik yang padam sesaat sebelum BKH tiba di tempat itu.
Suasana gelap akibat listrik yang padam itu sama sekali tak membuat semangat masyarakat setempat surut walaupun sudah beberapa jam sebelumnya menunggu.
Mereka membuktikan kesetiaannya untuk bertemu dengan sang idola mereka, calon pemimpin lima tahun mendatang.
Antusiasme mereka bukan tanpa alasan. Mereka ingin menyampaikan secara langsung persoalan yang sudah lama memasung kehidupan mereka.
Persoalan ini terutama menyangkut listrik, jaringan telekomunikasi, jalan raya, air minum bersih, irigasi, dan ketersediaan lapangan kerja baru bagi generasi muda.
Ata Ba Gerak
Bunyi tabuhan gendang yang terus bertalu itu mengiringi langkah kaki BKH bersama tim untuk menapaki tangga di mbaru gendang Satar Ara malam itu.
Begitu menginjakan kakinya di dalam mbaru gendang, secara serempak masyarakat yang sedari tadi menanti, menyambut BKH dengan sapaan, “mai ge ite, ite ata ba gerak”. Dalam bahasa Manggarai sapaan ini berarti ‘Selamat Datang Untukmu Pembawa Terang”
Ungkapan ini memang terdengar sangat sederhana. Namun sesungguhnya memuat makna yang begitu dalam. Bahwasanya, kehadiran BKH tidak saja sebagai seorang calon gubernur, tetapi juga sebagai pembawa harapan, pembawa terang bagi masyarakat NTT, khususnya di tempat itu.
Usai ritual adat reis agu kapu (Ritual penjemputan tamu) sebagaimana juga dialami di semua titik sebelumnya, perkenalan diri BKH disampaikan oleh sahabatnya Pius Rengka dan Ferdi Pantas.
Sesaat kemudian, BKH menyampaikan tujuan kedatangannya di sana yakni berdialog dan memaparkan lima program utama Paket Harmoni.
Salah satu program unggulan itu yakni “Desa Menyala”. Desa menyala ini kata BKH adalah program prioritas yang akan diperjuangkan untuk membawa terang di seluruh desa di NTT yang 50-an persen belum tersentuh listrik.
“Program Desa Menyala ini untuk menyelesaikan masalah penerangan yang hampir 50% dari 3.323 Desa di NTT belum masuk listrik,” jelas BKH.
Program ini seolah memompa semangat dari masyarakat yang selama ini merindukan kehadiran terang (Baca: listrik).
“Hitu ata gereng de ro’oeng lawang ho ta ite (Ini yang ditunggu masyarakat selama ini pak),” sahut warga diakhir pemaparan lima program Harmoni.
Rupanya, progran BKH begitu tepat, mengena kondisi yang dialami masyarakat setempat selama ini, yakni listrik yang kerap padam, signal telepon, internet yang hilang muncul, air minum dan jalan raya propinsi yang dalam keadaan rusak parah, juga persawahan yang tanpa irigasi.
Apa yang menjadi program Harmoni kata mereka, juga menjadi kerinduan masyarakat di daerah lain di seluruh NTT.
Selain ‘Desa Menyala’ program lain yang diusung paket Harmoni adalah pembenahan Infrastruktur.
Menurut BKH panjang jalan Provinsi di NTT ada 2.800an km dan 45% dalam keadaan rusak parah. Infrastruktur menurut BKH bukan hanya jalan melainkan juga mencakup, pelabuhan, air minum bersih, dan irigasi.
Selain itu, paket ini juga bertekad membuka lapangan pekerjaan baru bagi generasi muda, baik melalui jalur formal maupun nonformal, aksi Beasiswa untuk pelajar kurang mampu, serta memberikan bantuan modal tanpa agunan.
Paket yang diberi nama koalisi Kebhinnekaan ini sangat yakin kelima program yang diusung tersebut mampu menyelesaikan masalah kemiskinan dan keterbelakangan NTT selama ini.
Penulis: Boni Jehadin