Larantuka, Vox NTT- Sore yang adem di Boru, Flores Timur pada Jumat, 27 Juli 2018 itu menjadi serupa tamasya agrowisata.
Kelelahan karena baru melewati serangkaian acara peresmian BUMDES di desa Boru Kedang, seakan lenyap ketika mulai mengitari kebun jagung milik Antonius da Lopez.
Decak kagum M Nurudin, Advisory Menteri dari Kementerian Desa terpancar ketika kami tiba di kebun jagung yang terhampar menghijau itu.
“Ini luar biasa, kalian harus dampingi,” kata Nurudin kepada dua pendamping desa yang ikut bersamanya.
Pada saat yang bersamaan saya menyaksikan keharuan sekaligus kebanggan dari raut wajah Antonius da Lopez.
Nius, sapaan dari Antonius da Lopez berkisah, usaha menanam jagung jenis lamuru sebenarnya berkat perjumpaan bersama Gaspar Bao, sosok petani sukses dari kabupaten Sikka.
Sebelumnya Nius memang fokus mengurusi padi di lahan sawah seluas 4 ha miliknya yang ada di desa Hewa.
Perjumpaan dengan Gaspar membuat dirinya nekad mengontrak lahan seluas 10 ha milik petani dari Dusun Podor-Desa Boru, kecamatan Wulanggitang.
Di kebun tersebut, dirinya mempekerjakan lima belas petani untuk belajar dan terlibat dalam usaha jagung.
“Bukan hanya mereka tapi kami sama-sama belajar. Om Gasparlah yang jadi tutor untuk kami. Keahliannya jadi pelecut kami makin bersemangat ketika jagung mulai bertumbuh dan mulai berbuah” ungkap Nius.
Bagi Nius menjadi petani itu terasa lebih nikmat apalagi kalau memanfaatkan lahan dengan profesional.
“Saya sudah merasakan nikmatnya jadi petani. Pikiran fresh dan kita pegang uang banyak” tutur Gaspar yang juga mendampingi Nius saat diwawancarai VoxNtt.com.
Gaspar memang terkenal sebagai petani sukses yang sudah malang melintang menjadi trainer bagi banyak kelompok tani.
Dia juga terlibat dalam Prisma-AusAid yakni sebuah lembaga dari Australia yang fokus dalam pendampingan dan pemberdayaan petani.
Perjumpaan Gaspar dengan Nius akhirnya menyepakati untuk mengolah 10 ha lahan dengan menanam jagung. Mulai dari bajak lahan, membeli mesin pompa air sampai upaya mendatangkan bahan bakar solar dikerjakan dengan gigih. Hasilnya 10 lahan jagung kini siap menunggu waktunya untuk dipanen.
“Otak petani itu ada pada mata jadi kerja saya dan om Gaspar kiranya membuka mata pikiran semakin banyak petani untuk mulai mencoba” tutur Nius dengan santai.
Gaspar menambahkan untuk dapat hasil jagung yang bagus maka bercocok tanamlah pada musim panas dan jangan pada musim penghujan.
“Hasilnya pasti menggembirakan” ungkapnya.
Petani dan Mata
“Otak petani itu ada pada mata, mereka baru percaya kalau sudah lihat”. Kata-kata ini seolah meneguhkan para petani yang ada di seputaran Wulanggitang bahwa sudah saatnya belajar dari pencapaian di kebun itu.
“Impian saya adalah memanusiakan petani” ungkap Gaspar penuh semangat.
Perjalanan mengitari kebun jagung sore itu pun usai. Nurudin kepada VoxNtt.com mengungkapkan kebanggaannya kepada Antonius da Lopez dan Gaspar Bao.
“Saya senang dan bangga karena kerja mereka ini membuka juga peluang dan kesempatan kerja kepada sesama petani. Saya kira ke depan mereka bisa berusaha bersama para petani dan kelompok tani yang luasnya mencapai 50-100 ha. Jika itu tercapai maka kita akan undang Presiden dan menteri untuk datang mengikuti panen perdananya. Segala upaya untuk pengadaan mesin dan lain-lainnya bisa kita support demi mendukung petani” urai Nurudin.
Sebelum senja benar-benar turun jadi gelap, kami mengakhiri pelesir agrowisata di kebun Antonius da Lopez. Ia memang layak berbangga.
“Saya tak sia-sia banting setir dari operator alat berat hampir dua puluh tahun. Sudah enam tahun berjalan saya jadi petani yang sesungguhnya. Lima tahun sebelumnya saya fokus pada padi, kini saya merambah jagung” ungkap Nius.
Nius berharap, para petani yang lahannya berdekatan dengan kebun contoh miliknya itu bisa menanam aneka sayuran secara bersama-sama dan memasaraknnya ke kota Larantuka dan Maumere.
Penulis: Hengky Ola Sura