Kupang, Vox NTT-Kelor atau sebagian masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) mengenalnya dengan sebutan marungga adalah salah satu jenis tanaman yang diakui mengandung gizi tinggi.
Tak hanya itu, dengan kandungan gizi yang tinggi, tanaman yang di daratan Timor kerap bertumbuh seperti tanaman liar, beberapa tahun terakhir berubah menjadi tanaman bernilai ekonomi tinggi.
Bagaimana tidak, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT di bawah rezim Gubernur dan Wakil Gubernur NTT, Viktor B. Laiskodat dan Josef Nae Soe (Viktori-Jos) menjadikan kelor sebagai salah satu program unggulan.
Dalam berbagai kesempatan, Gubernur Viktor menyampaikan jika Kelor asal NTT, khususnya Pulau Timor disebut-sebut sebagai salah satu jenis kelor dengan kualitas terbaik di dunia.
Karena itu, NTT di bawah kepemimpinannya berniat menjadikan kelor asal NTT sebagai salah satu komoditas unggulan yang siap diekspor ke luar negeri.
Demi mendukung program kelorisasi yang diwacanakan Gubernur dan Wakil Gubernur tersebut, Kyarra’s Kelor memilih untuk mengolah kelor menjadi aneka produk makanan dan minuman.
Selain mengembangkan usaha produk makanan/minuman, Kyarra’s kelor juga ingin menjadikan Kelor sebagai sumber perekonomian baru dengan cara melakukan pemberdayaan di bidang pelatihan mengolah kelor menjadi aneka jenis makanan dan minuman bagi masyarakat NTT.
Karena itu, bekerja sama dengan Tata Boga Swakarya, mereka menggelar pelatihan keterampilan membuat krispi, biskuit dan susu berbahan dasar kelor untuk Ibu-Ibu di Kota Kupang dan sekitarnya.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, yakni Jumat 14-Sabtu 15 Agustus 2020, (hari ini-red) digelar di Tirosa Resto & Café, Kota Kupang.
Kegiatan yang diikuti sekitar 40-an ibu-ibu itu dipimpin langsung oleh owner Kyarra’s Kelor, Sukmawaty dan pemilik Tata Boga Swakarya, Ratna Mela.
Pantauan VoxNtt.com di lokasi pelatihan, Jumat 14 Agustus, para peserta yang terdiri dari ibu-ibu itu begitu antusias mendengarkan penjelasan dan arahan dari Sukmawaty dan Ratna Mela dalam mempraktek pembuatan krispi, biskuit dan susu tersebut.
Nampak Ibu-Ibu itu membuat adonan dari kelor tersebut lalu dijadikan krispi, biskuit dan susu. Hasilnya dicicipi sendiri bahkan ada yang dibawa pulang ke rumah masing-masing.
“Enak, gurih,” komentar beberapa Ibu terbagi dalam beberapa kelompok usai mencicip krispi dan biskuit buatan mereka sendiri.
Sukmawaty di sela-sela pelatihan itu mendorong ibu-ibu itu agar serius dalam mengikuti pelatihan tersebut, agar, setelahnya dapat mengembangkannya di rumah masing-masing sebagai home industry.
Menurut dia, Kota Kupang masing menjadi pasar yang sangat luas untuk mengembangkan produk makanan dan minuman dari kelor.
Hal itu kata dia, selain karena kebutuhannya yang cukup tinggi, belum banyak orang yang mengembangkan usaha di bidang olahan kelor.
“Di Kupang masing sangat luas untuk dijadikan pasar kalau mau berusaha. Di sini banyak juga yang butuh tetapi yang bergerak di bidang usaha ini masih sangat kurang,” ujar Sukmawaty.
Sementara Ia mengaku produk Kyarra’s Kelor lebih banyak diekspor ke wilayah luar NTT. Ia mengaku, kebutuhan akan produk Kyarra’s Kelor di luar wilayah NTT juga cukup tinggi.
“Saya punya ini sudah sampai ke Bekasi, Surabaya dan Makasar. Jadi kalau mau kembangkan di Kupang silahkan, pasarnya masih terbuka lebar. Bisa juga menjadi reseller kami, jika ada yang mau,” ujarnya.
Sementara Owner Tata Boga Swakarya , Ratna Mela meyakinkan para peserta bahwa membangun usaha di bidang makanan dan cemilan sangat bagus dalam meningkatkan ekonomi dalam rumah tangga.
Karena itu dia mengharapkan agar para peserta dapat mengembangkan usaha setelah mengikuti pelatihan tersebut.
Bahkan, Ia sendiri mengisahkan pengalaman suksesnya dalam menjalankan usaha di bidang Tata Boga selama belasan tahun hingga mampu menghidupi dan menyekolahkan anak-anaknya.
“Saya punya suami sudah meninggal. Selama 15 tahun saya berjuang sendiri mengurusi anak-anak saya. Puji Tuhan, berkat keseriusan dan kerja saya, saya bisa mengurusi anak-anak saya hingga mereka sukses,” ujar Ibu single parent itu.
Ia juga mengimbau kepada peserta agar jangan malu dan takut untuk memulai. Sebab kata dia, orang sukses itu karena mereka memulai.
Hal yang sama diungkapkan Djufri, General Manajer Kyarra’s Kelor dalam pemaparannya tentang strategi marketing.
Djufri mengajak para peserta agar usai pelatihan harus memulai membangun usaha. Ia juga mengimbau agar para peserta untuk saling mengingatkan dan saling sharing dalam berusaha.
“Kalau ada peserta yang belum memulai, yang sudah, datangi. Tanyakan, kenapa kamu belum memulai,” kata Djufri mengingatkan.
Ia bahkan meyakinkan para ibu itu untuk siap membantu membagikan ilmu pemasaran produk mereka secara gratis, bahkan bisa juga membantu memasarkan produk-produk mereka.
Kegiatan yang berlangsung selama empat jam, mulai pukul 08.00-12.00 Wita tersebut, diakhiri dengan makan siang bersama serta penyerahan sertifikat dan pose bersama. (VoN)