Palu, VoxNtt.com-Ribuan orang Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berdomisili di Sulawesi Tengah merayakan Natal dan tahun baru bersama di Milenium Waterpark Palu, Sabtu, 7 Januari 2017 lalu.
Kegiatan tersebut dirangkai dengan pentas budaya NTT. Perayaan Natal bersama Oikumene ini dihadiri pula oleh keluarga NTT yang beragama Islam dan berpartisipasi aktif dalam perayaan Natal 2016 dan Tahun Baru Bersama 2017.
Sedikitnya ada tiga orang yang memimpin Ibadah Natal Oikumene tersebut, yakni Pendeta Umbu, Bruder Willy L dan Timotius Jehaut.
Bruder Willy dalam homilinya menyebutkan Natal adalah kita, saya, kamu dan Anda. Natal adalah kita, ketika kita lahir setiap hari secara baru dan masukan dalam puri batin kita yang paling dalam dan menemukan Tuhan di sana.
Pohon Natal adalah kita, ketika kita mampu berdiri kokoh meskipun ada terpaan angin dan badai yang kencang, tapi bapak/mama masih tegak mengangkat muka memandang ke depan, bahwa ternyata hidup ini masih ada.
“Jangan sampai kita membangun pohon Natal, tetapi ketika ada terpaan angin dan badai lantas mengucapkan selamat tinggal Yesus. Apapun tantangan yang kita hadapi, pohon Natal tetap kokoh, dan kita tetap mengangkat muka memandang ke depan”, ujarnya.
Bruder Willy juga menegaskan, hiasan dan pernak pernik natal adalah kita, ketika kamu, saya dan kita semua ini menjadi sahabat sejati bagi yang lain.
Kita masih mempunyai hati untuk merangkul saudara kita yang kurang beruntung? Kita harus rajin membuka tangan untuk merangkul yang lain. Kita sebagai keluarga NTT, harus rajin merangkul karena kita bersaudara.
“Tidak boleh dibatasi apa yang melekat pada diri kita, mungkin besok atau lusa apa yang melekat pada diri kita sudah di ambil, apalah artinya semua itu. Tetapi saudara tidak akan pernah hilang, kita adalah NTT”, tegasnya.
Lebih lanjut Bruder Willy mengatakan Terang Natal adalah kita, ketika kita mampu menerangi jalan hidup kita dan jalan hidup sesama kita tanpa menutupi atau rasa lain.
Kalau Tuhan membangun jembatan untuk kita, lantas kenapa kita membangun tembok pembatas dengan saudara kita? Kenapa kita membangun halangan untuk saudara kita? Warta Melaekat datang kepada gembala dan membangun jembatan untuk berjumpa dengan Yesus.
“Iklaskan, lepaskan harga diri kita. Natal adalah solidaritas Allah, maka Dia rela lahir di kandang. Lepaskan harga diri kita ketika kita berjumpa dengan kakak/adik, bapak/mama”, ujarnya.
Ketua Panitia, Sirilus Djawa yang didampingi oleh Sekretaris Panitia, Agustinus Salut mengatakan, setelah perayaan Ibadah Natal dilanjutkan dengan pentas seni budaya NTT.
Pentas seni ini dibawakan oleh delapan suku, yakni Tarian Caci dari Manggarai, tarian Sedo Uwi, Ja’i dan tinju tradisional dari Ngada, Tarian Gawi dari Ende, Tarian Bambu dan tarian Hegong dari Sikka, tarian Dolo-Dolo, tarian Dana dan Hedung dari Lamaholot Flores Timur, tarian Likurai dari Sabu, tarian Tebe-tebe dari So’e, dan tarian Pamonte asal Kaili.
Sirilus Djawa menuturkan, acara ini merupakan bentuk solidaritas keluarga NTT se-Sulteng.
“Kami selaku panitia juga mengundang secara khusus pemain musik Sasando, musik tradisional NTT yang sudah mendunia, yakni Ganzer Lana Sasandois yang kini sedang menyelesaikan study di Institut Seni Indonesia Yogyakarta”, tutupnya.*** (Ervan Tou/VoN)
Keterangan Foto: Ketua Panitia Sirilus Djawa dan Sekretaris Panitia Agustinus Salut bersama AKBP Yoseph bay dan Tokoh-tokoh NTT di Sulteng.