Ende, Vox NTT-Ubi Nuabosi yang terkenal paling lezat di Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi icon makanan asal Kabupaten Ende-Flores. Keberadaan ubi nuabosi yang dalam bahasa Ende disebut “uwi ai nuabosi” berasal dari dataran Ndetundora-Nuabosi, Kecamatan Ende.
Ubi yang pernah dicicipi oleh Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono ini justru tidak berkembang setelah ditetapkan varietas nasional dua tahun silam.
Masyarakat Ndetundora memilih menanam tanaman produktif lainnya dibandingkan menanam ubi Nuabosi yang tidak membawa keuntungan secara signifikan.
Warga Ndetundora, Aloysius Pala mengaku masyarakat Nuabosi lebih konsen mengembangkan tanaman komoditi seperti cengkeh, kakao, vanili serta beberapa tanaman produktif lainnya.
Sementara tanaman ubi Nuabosi kurang dikembangkan oleh masyarakat setempat sebab keuntungan sangat kecil.
“Keuntungan lebih besar tanaman komoditi. Kalau ubi setahun sekali panen tapi itu tidak membawa keuntungan yang besar,” kata Pala saat ditemui di Nuabosi tidak lama ini.
Dia mengklaim cita rasa ubi jenis lain tidak sebanding dengan kelezatan yang dimiliki ubi nuabosi.
Kelezatan ubi nuabosi, Kata Pala, terdapat pada ubi jenis varietas terigu, toko rheko dan varietas tana ai. Sebab, urat dan serat ubinya lebih sedikit dibandingkan dengan jenis ubi lainnya.
“Memang kalau soal rasa tidak sama dengan ubi nuabosi. Kalau makan rasa garing dan lengket,” ujar dia.
Hal senada dituturkan Vensensius Mbera, saat ditemui di kampung Nuabosi. Pasalnya, rasa ubi nuabosi sudah diakui oleh semua orang yang pernah mencicipi.
“Banyak orang yang mengakui kalau ubi ini enak. Banyak orang jawa yang langsung datang dan makan disini,” kata Mbera.
Meski demikian, lanjut dia, masyarakat enggan mengembangkan ubi yang sudah terkenal tersebut.
Selain tidak menguntungkan, keterbatasan akses pasar yang membuat masyarakat setempat menurun membudidayakan.
“Pemasaran kita terbatas, palingan hanya dipasar Ende, Wolowona dan beberapa pasar sekitar disini. Pasar keluar sesekali saja,” kata dia.
Ia mengaku masyarakat sedikit demi sedikit mengembangkan tanaman perkebunan komoditi. Sebab, penghasilan lebih menjanjikan dibandingan dengan ubi Nuabosi.**(Ian Bala/VoN)