Ruteng, Vox NTT- Nasib naas menimpa FU Siswi Sekolah Dasar di SDI Wae Cepang, Desa Terong Kecamatan Satarmese Barat. Siswi kelas 3 SD ini menjadi sasaran pelampiasan nafsu dari salah seorang gurunya yang berinsial SS pada Kamis (10/11) pekan lalu.
Tindakan tak terpuji dari SS yang juga mantan Kepala Sekolah pada sekolah tersebut dibenarkan oleh Kepala Sekolah SDI Wae Cepang, Raimundus Surum.
Surum yang dikonfirmasi Vox NTT senin (21/11) membenarkan kejadian amoral itu terjadi pada salah seorang siswanya.
Sebagai kepala sekolah, dia mengaku sangat terkejut karena tidak menyangka kejadian ini terjadi di sekolahnya.
“Kami semua kaget tidak pernah menyangka kejadian ini bisa terjadi, keluarga sudah lapor ke Polisi dan kami serahkan ini pada proses hukum karena keluarga korban lakukan,” ujar Surum singkat lalu mematikan telepon.
Dihubungi terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas PPO Kecamatan Satarmese Barat, Maksi Mansen kepada Vox NTT mengaku telah mengunjungi SDI Wae Cepang setelah kejadian itu.
Menurut Mansen, kunjungan tersebut melibatkan tokoh agama dan Camat Satarmese Barat atas undangan keluarga pelaku dan korban yang ingin masalah ini dimediasi.
“Sudah ada mediasi antara pihak keluarga pelaku dan korban, kami bersama pak camat dan Kades serta Romo pastor paroki hanya menjadi saksi dari mediasi ini” ujar Mansen kepada Vox NTT, Senin (21/11).
Proses mediasi ini kata dia, hanya untuk memenuhi permintaan adat Manggarai karena proses hukum tetap berlanjut di Kepolisian.
“Yang kami saksikan memang mediasi ini hanya untuk memenuhi permintaan adat Manggarai, soal proses hukum yang kami tahu masih bergulir, itu yang kami dengar dari mereka,” katanya.
Meski demikian, Sebagai Kepala UPTD yang membawahi sekolah-sekolah di Kecamatan Satarmese Barat dirinya sangat menyayangkan kejadian ini terjadi di wilayah kerjanya.
“Kejadian ini sangat memprihatinkan, tentu kejadian seperti ini tidak pernah diharapkan tetapi ini sangat memalukan dunia pendidikan,” tegasnya.
Dia berharap dari kejadian ini dunia pendidikan harus mampu refleksi diri untuk mencegah kejadian seperti ini terulang.
“Dunia pendidikan kita harus refleksi, guru-guru dulu ada ret-ret untuk terus menjaga moral dan perilaku guru, mencegah masalah seperti ini tidak cukup dengan seminar seperti seminar sehari,” tandasnya.
Sementara itu, Kapolres Manggarai melalui Kasat Reskrim IPTU Aldo Febrianto yang dihubungi Vox NTT senin (21/11) membenarkan kejadian ini telah di proses di Polres Manggarai.
Menurut dia, kasus ini sedang ditangani oleh Unit KPA Polres Manggarai dan sedang dalam proses penyelidikan.
“Kita sudah terima laporannya, kasus ini sedang kita sidik untuk terus di proses,” ujar Febrianto. (Elvis/VoN)