Denpasar, Vox NTT-Aksi Sosial berupa dukungan dana untuk membantu keluarga pasien bayi asal Kecamatan Poco Ranaka, Manggarai Timur, Flores, NTT yang sedang menjalani perawatan di Bali terus berdatangan.
Kali ini sejumlah mahasiswa asal Manggarai – Bali yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Besar Manggarai Udayana (IMMADA) berkesempatan mengunjungi buah hati dari pasangan Leonardus Arveno dan Srila Tango, di kediaman Bapak Yohanes Harmin, Jalan Hayam Wuruk, Akasia, GG. Mawar, Nomor 7, Denpasar, Kamis Malam lalu (27/4/2017).
Pada kunjungan tersebut, Leonardus Arveno, Ayah dari pasien Bayi yang baru berusia 7 bulan ini mengungkapkan sangat berterimakasih atas segala bentuk dukungan tersebut.
Ia mengaku, kalau kondisi buah hatinya yang bernama Safrianus Loyra tersebut kini sudah mulai membaik, hanya saja masih dalam proses rawat jalan di rumah sakit (RS) Sanglah Denpasar.
“Kondisi sekarang puji Tuhan sudah mulai membaik. BAB sudah mulai lancar dan berat badan mulai naik, dari 6,2 jadi 6,8 kilo. Sudah hampir 1 bulan, sejak keluar dari RS tanggal 23 Maret, sudah melakukan pemeriksaan rawat jalan untuk proses pemulihan,” ungkapnya saat diwawancarai kontributor VoxNtt.com Denpasar.
Hanya saja, tambah Leo, biaya kebutuhan sehari-hari, seperti pengobatan, perlengkapan bayi, dan lain-lain masih terasa kurang. Pasalnya selang waktu dua hari saja, bayi tersebut harus ke RS lagi untuk melakukan pemeriksaan cek laboratorium dan harus mengeluarkan biaya chek-up dan pengobatan yang nilainya lumayan besar.
“Sekarang hanya 2 minggu sekali kami ke RS lagi. Rawat jalan juga harus sampai pada bulan Juli. Apalagi susu yang harus diminum anak saya ini cukup mahal. Selama dua hari saja sudah habiskan 1 dos susu seharga 300 ribu rupiah,” jelasnya.
“Belum lagi utang yang harus saya bayar ke RS sebesar 67 juta rupiah. Memang, untuk dana sumbangan selama ini sudah hampir 20 juta rupiah. 8 juta sudah saya serahkan ke pihak RS dan 12 juta saya pakai untuk kebutuhan anak saya sehari-hari,” jelas Leo.
Sementara itu, pria muda ini juga masih terus berjuang untuk bekerja demi melunasi utang yang harus ia bayar ke pihak RS Sanglah. Ia pun berharap, semoga saja dirinya dan keluarga selalu diberikan jalan oleh Tuhan, agar kondisi anaknya segera membaik.
“Kasihan juga dia, terkadang setiap malamnya sering menangis. Kalau digendong pun masih juga menangis. Mungkin karena bekas jahitan di perutnya yang dirasa sakit,” tuturnya.
Sementara itu, Organisasi IMMADA ini telah melakukan pengumpulan dana antar anggota, baik dari para senior yang ada di Manggarai dan Bali. Selain itu ada juga donasi individual dari keluarga Yogyakarta melalui Mahasiswa Manggarai sejak tanggal 29 Maret 2017 lalu, dengan total dana Rp 1.650.000.
Sumbangan tersebut diterima langsung oleh keluarga asal Matim tersebut.
“Kami telah melakukan pengumpulan dana sejak bulan maret. Syukurnya, aksi sosial kami turut dibantu oleh sejumlah orang secara individu, baik dari Manggarai sendiri, di Bali, hingga Yogyakarta. Kami sangat berterimakasih sekali dengan uluran tangan mereka dan telah mempercayai kami untuk menyerahkannya langsung. Ya, mudah-mudahan bisa meringankan kebutuhan keluarga tersebut,” Ujar Eman Namat, perwakilan dari ketua IMMADA sekaligus senior yang ikut mengantar sumbangan saat diwawancarai, Kamis (27/4/2017).
Disambung secara terpisah, Isto Sargon selaku ketua IMMADA mengungkapkan, kalau aksi sosial ini juga akan terus kami suarakan beberapa hari kedepan untuk membantu keluarga asal Manggarai lainnya yang sedang sakit di Bali.
“Kami sudah mulai membahas dengan beberapa senior dari organisasi mahasiswa di Bali, salah satunya Gabungan Mahasiswa Manggarai Saraswati (GAMMASA) untuk melakukan penggalangan dana ‘aksi seribu rupiah’ hari minggu nanti tanggal 30 April nanti, yang hasilnya nanti akan kami bagi-bagikan kepada keluarga asal manggarai yang membutuhkan,” ujarnya.
Walaupun tidak seberapa nilainya, tambah Isto, tapi kami berharap semoga saja bisa membantu dan meringankan beban mereka.
Sebelumnya bayi berusia 7 bulan bernama Safrianus Loyra menderita kelainan pada usus yang membuatnya kesulitan untuk Buang Air Besar (BAB).
Satu-satunya jalan keluar adalah dengan operasi kolostomi yang sudah dilakukan dua kali dengan biaya mencapai Rp 75 juta.
Operasi kolostomi merupakan pembuatan lubang buatan pada saluran pencernaan untuk membuang kotoran. Bayi Safrianus mulai menjalani perawatan sejak 19 Februari 2017 lalu. (Kontributor: Gheryl Ngalong/VoN).