Labuan Bajo, Vox NTT- Pengamat politik Maksimus Ramses Lalongkoe meminta DPR jangan tutup mata terhadap dugaan pungutan liar (Pungli) di Kantor Kesehatan Pelabuhan wilayah kerja Labuan Bajo, Manggarai Barat (Mabar)-NTT.
“DPR asal Dapil NTT tidak boleh tutup mata terhadap persoalan yang dialami Dokter Vina. Wakil rakyat harus meresponnya tanpa harus ada laporan secara resmi,” tegas Ramses saat dihubungi VoxNtt.com, Minggu (21/5/2017) malam.
Ramses mengatakan hal tersebut setelah sebelumnya dikabarkan Pina Yanti Pakpahan, dokter yang bertugas di Kantor Kesehatan Pelabuhan wilayah kerja Labuan Bajo menggagalkan praktik Pungli di tempat kerjanya.
Namun upaya Dokter Vina itu malah mendapat kekerasan verbal dan nyaris kena jotos dari pimpinannya.
Dia menegaskan, wakil rakyat harus proaktif dan mendukung niat baik Dokter Vina dalam membongkar Pungli. Dukungan wakil rakyat penting dilakukan agar dokter berdarah Batak itu tidak menjadi korban oleh karena ulah atasannya.
“Jangan sampai kejujuran Dokter Vina berbuah petaka nanti, maka untuk itu perlu dukungan politik anggota dewan asal NTT,” ujar Ramses yang adalah Direktur Lembaga Analisis Politik Indonesia (API) itu.
Diberitakan sebelumnya, niat menggagalkan Pungli di kantor tempat kerjanya, Dokter Vina mengaku mendapat kekerasan verbal dan nyaris kena jotos dari pimpinannya.
Kejadian bermula saat Dokter Vina pertama kali melayani para pemilik kapal yang hendak melakukan penerbitan dokumen kesehatan kapal.
Baca: Niat Gagalkan Pungli, Dokter Pelabuhan Labuan Bajo Nyaris Kena Jotos Atasannya:
Pada saat menerbitkan dokumen kapal tersebut, Dokter Vina merasa ada kejanggalan. Itu karena pemilik kapal menyetor biaya penerbitan dengan uang sebesar Rp 30 ribu.
“Saya kaget saat saya melayani pemilik kapal ukuran 5 GT yang hendak menerbitkan dokumen kesehatan kapal menyerahkan uang Rp 30 ribu,” kata Dokter Vina di Labuan Bajo, Jumat (19/05/2017)
Menurut dia, untuk kapal ukuran di bawah 6 GT sesuai aturan PP 21 tahun 2013 tidak dikenakan biaya. Karena itu dia kembalikan uang pemilik kapal tersebut.
Selanjutnya, usai mengembalikan uang pemilik kapal Dokter Vina pun menanyakan pungutan ini kepada rekan kerjanya. Namun jawaban dari rekannya tersebut malah dengan nada marah-marah.
“Karena hal ini janggal akhirnya saya tanyakan ke teman kerja saya,” tukasnya.
Karena mempertanyakan hal tersebut rekan kerjanya yang diketahui bernama Efraim malah balik bertanya, “apa kompetensimu mempertanyakan pungutan ini?”.
Atas kejadian tersebut, Dokter Vina dan Efraim pun sempat terlibat adu mulut di ruang kerja mereka. Saat adu mulut berlangsung, koordinator pelayanan kesehatan Marsel Elias membentak keduanya dan mengusir mereka pulang.
Tidak hanya mengusir keduanya dari kantor, Marsel pun sempat mengepalkan tangan ke arah Dokter Vina sebelum dilerai oleh staf kantor lain.
“Saat saya dan Efraim ribut, pak Marsel datang dan mengusir kami dari ruangan, tidak hanya mengusir dia juga hendak menonjok saya dengan tangannya, untung ada teman lain yang menahan,” tuturnya.
Baca: Ini Penjelasan Koordinator Terkait Insiden di Kantor Kesehatan Pelabuhan Labuan Bajo
Insiden pengancaman ini selanjutnya dilaporkan Dokter Vina ke Polres Mabar dan saat ini sedang dalam tahap pengambilan keterangan oleh polisi. (Adrianus Aba/VoN)