Labuan Bajo, Vox NTT- Anggota DPRD NTT, Bonivasius Jebarus angkat bicara terkait kasus yang menimpa Pina Yanti Pakpahan, dokter yang bertugas di Kantor Kesehatan Pelabuhan wilayah kerja Labuan Bajo, Manggarai Barat (Mabar).
Pasalnya, Dokter Vina sudah berusaha menggagalkan praktik pungutan liar (Pungli) di tempat kerjanya.
Sayangnya, niat baik wanita berdarah Batak ini berbuntut buruk. Ia mengaku mendapat kekerasan verbal dan nyaris kena jotos dari pimpinannya.
Menurut Bonjers, sapaan akrab Bonivasius Jebarus, pungutan Rp 30 ribu kepada pemilik kapal yang hendak melakukan penerbitan dokumen kesehatan kapal bertentangan dengan PP 21 tahun 2013. PP ini mengatur tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Kendati demikian kata dia, jika pungutan sejumlah Rp 30 ribu tersebut masih berlaku dan masuk ke kas negara, maka Kemenkes dan Dinas Kesehatan NTT segera memberikan klarifikasi atas persoalan tersebut. Kantor wilayah (Kanwil) Provinsi NTT segera bertanggung jawab, bukan unit teknis.
Selanjutnya kata politisi Demokrat itu, informasi yang ia peroleh bahwa Dokter Vina dikabarkan sudah dibebastugaskan sejak Maret ke Lembata bukan karena kasus menggagalkan Pungli.
“Pertanyaan pentingnya, mengapa sudah dipindahkan sejak Maret, namun masih bertugas di sana (Labuan Bajo)? Apakah karena “beking” oleh pejabat tertentu? Publik mesti dapat informasi lengkap soal itu,” ujar Bonjers.
Menurut dia, pertanyaan tersebut penting disampaikan agar dia sebagai anggota dewan bisa mengawal persoalan tersebut hingga tuntas.
Sebab, pada prinsipnya Bonjers berjanji akan siap membela pegawai kecil yang hanya menjalankan tugas, sementara pimpinan cuci tangan apalagi dengan beking-membeking.
“Sejauhmana koordinasi di pelabuhan antara Syahbandar dan unit kesehatan? Jangan sampai ada kongkalikong. Apalagi Kepala Syahbandar baru dipindahkan beberapa bulan lalu,” lagi, Bonjers bertanya.
“Saya menduga mungkin saja ganti Kepala Syahbandar (ada) sangkut pautnya dengan kasus ini, kita minta kejujuran mereka,” tambahnya.
Diberitakan sebelumnya, niat menggagalkan Pungli di kantor tempat kerjanya, Dokter Vina mengaku mendapat kekerasan verbal dan nyaris kena jotos dari pimpinannya.
Kejadian bermula saat Dokter Vina pertama kali melayani para pemilik kapal yang hendak melakukan penerbitan dokumen kesehatan kapal.
Pada saat menerbitkan dokumen kapal tersebut, Dokter Vina merasa ada kejanggalan. Itu karena pemilik kapal menyetor biaya penerbitan dengan uang sebesar Rp 30 ribu.
“Saya kaget saat saya melayani pemilik kapal ukuran 5 GT yang hendak menerbitkan dokumen kesehatan kapal menyerahkan uang Rp 30 ribu,” kata Dokter Vina di Labuan Bajo, Jumat (19/05/2017)
Menurut dia, untuk kapal ukuran di bawah 6 GT sesuai aturan PP 21 tahun 2013 tidak dikenakan biaya. Karena itu dia kembalikan uang pemilik kapal tersebut.
Selanjutnya, usai mengembalikan uang pemilik kapal Dokter Vina pun menanyakan pungutan ini kepada rekan kerjanya. Namun jawaban dari rekannya tersebut malah dengan nada marah-marah.
“Karena hal ini janggal akhirnya saya tanyakan ke teman kerja saya,” tukasnya.
Karena mempertanyakan hal tersebut rekan kerjanya yang diketahui bernama Efraim malah balik bertanya, “apa kompetensimu mempertanyakan pungutan ini?”.
Atas kejadian tersebut, Dokter Vina dan Efraim pun sempat terlibat adu mulut di ruang kerja mereka. Saat adu mulut berlangsung, koordinator pelayanan kesehatan Marsel Elias membentak keduanya dan mengusir mereka pulang.
Tidak hanya mengusir keduanya dari kantor, Marsel pun sempat mengepalkan tangan ke arah Dokter Vina sebelum dilerai oleh staf kantor lain.
“Saat saya dan Efraim ribut, pak Marsel datang dan mengusir kami dari ruangan, tidak hanya mengusir dia juga hendak menonjok saya dengan tangannya, untung ada teman lain yang menahan,” tuturnya.
Insiden pengancaman ini selanjutnya dilaporkan Dokter Vina ke Polres Mabar dan saat ini sedang dalam tahap pengambilan keterangan oleh polisi.
Baca: Niat Gagalkan Pungli, Dokter Pelabuhan Labuan Bajo Nyaris Kena Jotos Atasannya
Koordinator Kantor Pelayanan Kesehatan wilayah kerja Labuan Bajo, Manggarai Barat (Mabar) Marsel Elias menjelaskan insiden dengan bawahannya dr. Pina Yanti Pakpahan.
Kepada wartawan di Labuan Bajo, Sabtu (20/5/2017), Elias membenarkan dirinya membentak Dokter Vina.
Dia menjelaskan, waktu itu di kantornya ada insiden keributan. Dokter Vina meminta salah satu staf yang sedang menelepon untuk menerbitkan dokumen kesehatan kapal.
Baca: Ini Penjelasan Koordinator Terkait Insiden di Kantor Kesehatan Pelabuhan Labuan Bajo
“Karena sedang menelepon, staf tersebut tidak melayani permintaan dokter (Vina). Dokter marah-marah dan terjadilan keributan,” jelas Elias.
Dia mengaku, apa yang dilakukannya hanya ingin menenangkan situasi dan tidak sedikit pun niat melakukan kekerasan terhadap bawahannya.
“Saya tidak mungkin melakukan kekerasan terhadap dokter, kami satu rumah, satu pintu, niat saya hanya menenangkan situasi saja,” katanya. (Adrianus Aba/VoN)