Borong, Vox NTT-Demi bersekolah, ratusan anak-anak di Melo, Desa Melo, Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) nekat menantang maut dengan cara berjalan kaki menyeberangi sungai Wae Lenger yang mengalir deras.
Anak-anak SD ini pun diintai bahaya luapan air yang bisa saja menyapu mereka lantaran beberapa hari terakhir ini hujan deras.
Sekolah mereka terletak di sebelah kali dan jaraknya sekitar 2 Km lebih dari pemukiman warga.
Sebenarnya di desa mereka ada bangun jembatan bambu yang membelah sungai tersebut. Namun, jembatan itu tidak bertahan lama.
Meski harus menerobos arus sungai yang deras dan jalan yang mendaki, ratusan siswa SD di kampung Melo itu tidak kehilangan semangat dan cara supaya bisa tetap belajar di sekolah.
Saat musim hujan, agar baju dan tas buku tidak basah, sejumlah siswa terpaksa menitipkan di warga yang rumahnya ada di sebelah kali tersebut.
Sejumlah siswa lainnya berusaha menantang arus dengan cara hujan, sambil menenteng baju dan tas buku. Mereka menyeberangi sungai sambil bertelanjang dada.
Sementara sejumlah siswa yang tidak berani menyeberang hanya bisa memandangi teman-temannya yang menantang maut demi ke sekolah. Mereka pun memilih pulang ke rumah masing-masing.
Beberapa orangtua sempat mengantarkan anaknya ke tempat penyeberangan. Tak jarang orangtua melarang anaknya ke sekolah setelah melihat kondisi arus sungai yang membahayakan itu.
Ben Nada, salah satu orangtua murid yang ditemui VoxNtt.com di lokasi, Rabu (7/6/2017), mengatakan, saat kondisi air sungai redah dan tidak membahayakan, para siswa dan guru tetap bisa bersekolah.
Namun, saat sungai meluap dan arusnyanya deras, banyak siswa dan guru tidak bisa sampai ke sekolah karena takut terseret arus.
“Kalau arusnya deras atau sungai meluap tentu saja membahayakan siapa pun yang nekat melintas,” ujar Ben
Karena itu, Ben meminta Pemda Matim untuk segera membangun jembatan di kali tersebut.
“Warga berharap jembatan bisa segera dibangun agar anak-anak sekolah bisa nyaman saat pergi ke sekolah. Kalau setiap hari siswa ke sekolah melintasi sungai seperti ini bisa membahayakan siswa, terutama saat sungai tiba-tiba meluap,” ujar Ben.
Dia mengaku cemas melihat anak-anak yang terpaksa menyeberangi saat sungai banjir.
“Apalagi sekarang setiap hari hujan turun terus. Airnya deras sekali kalau hujan. Sebagai orang tua panik dengan anak-anak kami. Apalagi kami orang tua masih sibuk kerja di kebun masing-masing,” kata Ben.
Sementara itu, salah seorang siswa yang enggan menyebutkan namanya kepada VoxNtt.com mengatakan, dirinya tetap semangat ke sekolah meski harus melalui kali yang besar dan melalui tanjakan yang panjang.
“Yah, mau bagaiamana pak. Ini saja jalan menuju sekolah. Tidak ada jalan lain. Kalau tidak hujan, kami senang. Tapi kalau pas hujan, kami pasti panik. Untung kalau ada orang tua jemput kami, tetapi kalau tidak, kami terpaksa menunggu sampai airnya surut,” kata anak itu. (Nansianus Taris/VoN)