Jakarta, Vox NTT-Direktur Indopolling Network Jakarta, Wempy Hadir menanggapi data BPS yang menunjukan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) NTT mengalami peningkatan.
Diberitakan sebelumnya, pada tahun 2016 IDI NTT naik sebesar 82,49.
Sementara untuk tahun 2015 IDI NTT sebesar 78,47. Artinya ada peningkatan sekitar 4,02 poin.
“Saya melihat bahwa peningkatan IDI tidak terlepas dari peran aktif masyarakat dalam politik di NTT. Apalagi kalau saya lihat, sejak 2004 hingga sekarang, banyak sekali kontestasi politik yang membutuhkan partisipasi publik mulai dari pilkada, pileg, pilgub bahkan pilpres” ujar Wempy saat dihubungi Vox NTT, Sabtu (23/09/2017).
Selain itu, kata dia bertumbuh suburnya media cetak maupun elektronik telah memberikan dampak tersendiri bagi peningkatan IDI NTT.
“Aktifnya masyarakat NTT dalam urusan publik mengindikasikan bahwa masyarakat NTT sudah sadar berpolitik. Dengan demikian kontrol publik atas pemerintah menjadi menu harian dalam media lokal NTT baik yang cetak maupun elektronik” kata Wempy.
Beberapa Catatan
Wempy menegaskan bahwa meningkatnya IDI di NTT tidak serta merta bahwa esensi demokrasi sudah selesai.
Menurut dia, saat ini masih banyak kekurangan terutama mengenai esensi partisipasi publik dalam politik atau berdemokrasi.
Mestinya dengan meningkatnya IDI, maka peran warga dalam membangun demokrasi mesti terlihat.
“Jadi meningkatnya IDI NTT mestinya sejalan dengan meningkat kesadaran demokrasi para warga. Warga tidak boleh lagi hanya dijadikan sebagi pendulang suara (vote getter). Tapi harus menentukan secara rasional siapa yang layak untuk memimpin mereka” tegasnya.
Dia juga mengingatkan bahwa naiknya IDI NTT tidak sebanding lurus dengan tingkat pendidikan dan ekonomi yang masih membutuhkan perjuangan.
“NTT selalu melekat dengan provinsi miskin dan terendah tingkat partisipasi pendidikan” ungkap pria kelahiran Manggarai, Flores, NTT ini.
Realitas ini menurut dia, menjadi catatan tersendiri bagi pengambilan keputusan di NTT untuk melakukan pembenahan. Sehingga meningkatnya IDI tidak hanya sekedar dalam kertas tetapi menjadi kontekstual dalam kehidupan masyarakat
“Demokrasi tanpa kematangan pendidikan akan berbahaya karena rakyat hanya dijadikan kayu bakar untuk kepentingan politik elit” tegasnya. (Andre/VoN).