Borong, Vox NTT- Asty Dohu, seorang Tenaga Harian Lepas (THL) di Dinas Komunikasi dan Informatika Manggarai Timur (Diskominfo Matim) melakukan pertemuan dengan Komisi A DPRD setempat, Kamis (02/11/2017).
Pertemuan yang berlangsung di ruang Komisi A DPRD Matim tersebut membahas seputar kisruh pemecatannya oleh Kepala Dinas Kominfo Matim, Hironimus Nawang belum lama ini.
Baca: Miris, THL ini Dikatai Anjing Sebelum Dipecat Kadis Kominfo Matim
Ketua Komisi A DPRD Matim, Leonardus Santoso memang belum merespon konfirmasi VoxNtt.com melalui pesan WhatsApp, Kamis malam seputar pertemuan tersebut.
Namun Asty Dohu mengaku pihak Komisi A DPRD Matim berempati pada persoalan yang menimpa dirinya.
Dalam kesempatan itu, sejumlah anggota DPRD menyampaikan pertimbangan mereka saat pertemuan dengan pihak Dinas Kominfo Matim pada 26 Oktober 2017 lalu.
Asty Dohu mengatakan, Komisi A DPRD mempertimbangkan bahwa sejak awal merekrutnya sebagai THL tentu Dinas Kominfo Matim memiliki dasar tersendiri.
Dasar itu terutama tenaganya dibutuhkan sebagai penyiar RSPD Matim. Asty Dohu sendiri sebelumnya sudah berpengalaman menjadi penyiar radio NG FM Ruteng.
Pertimbangan lain kata Asty, dirinya sudah cukup lama bekerja sebagai penyiar RSPD Matim yakni sudah 4 tahun.
“Mereka berharap agar masalah ini cepat selesai dan mereka menawarkan agar bekerja lagi di Matim, tapi bukan di Dinas Kominfo,” aku Asty Dohu melalui pesan WhatsApp, Kamis malam.
Komisi A DPRD lanjut dia, menjamin solusi kembali memperkerjakan dirinya di salah satu dinas lingkup Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Matim.
Merespon hal itu, Asty Dohu meminta beberapa anggota Komisi A agar kembali mendiskusikannya di luar ruangan agar lebih informal.
Baca: Komisi A DPRD Matim Didesak Segera Tuntaskan Kasus Pemecatan Asty Dohu
Diskusi informal tersebut menurut dia penting dilakukan agar lebih leluasa tanpa tekanan sebelum memutuskan penawaran Komisi A DPRD Matim.
Dia mengapresiasi upaya Komisi A DPRD Matim yang sudah berusaha mencari jalan keluar atas masalah pemecatan yang menimpanya.
“Saya mau ucapkan terima kasih untuk semua pihak yang dengan caranya masing-masing merespon masalah saya, baik yang pro maupun yang kontra,” tukas Asty Dohu.
Masih Belum Puas
Asty Dohu sendiri mengaku masih belum puas dengan kisah pemecatan dirinya oleh Kadis Nawang.
Ketidakpuasannya terutama karena Kadis Nawang pernah menyampaikan pernyataan di media massa, bahwa Asty Dohu dipecat dengan alasan sering tidak hadir.
“Sebenarnya pemecatan tidak terlalu saya persoalkan, tapi karena dia (Kadis Nawang) memulai dengan argumen ketidakhadiran makanya saya juga respon,” ujar dia.
Sedangkan terkait kekerasan verbal berupa makian ‘anjing’ atas dirinya, Asty Dohu meminta Kadis Nawang agar meminta maaf. Permintaan maaf tersebut terutama kepada Asty Dohu dan juga keluarganya.
Sebab, setelah dimaki dengan kata anjing oleh Kadis Nawang pihak keluarga Asty Dohu sangat terpukul dan merasa malu.
Sebelumnya, Kadis Nawang kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin, 9 Oktober lalu membeberkan alasan dirinya memecat Asty Dohu dari THL.
Baca: Dipecat dengan Alasan Sering Tidak Hadir, Ini Tanggapan Asty Dohu
Menurut dia, tenaga penyiar RSPD Matim yang membawakan acara “Program Jendela” itu sering tidak masuk kantor. Pemecatan Asty Dohu kata Kadis Nawang, merupakan akumulasi dari kesalahan sebelumnya.
“Dia (Asty Dohu) tidak masuk kantor selama satu bulan, pergi ke Jakarta, terus ada hari dengan keterangan TB yang artinya tanpa berita. Saya punya dokumen terkait ketidakhadiran dan keterangan TB, tetapi kesalahan itu saya maafkan,” terang Kadis Nawang.
Bahkan kata Kadis Nawang, Asty Dohu hanya bekerja 1,5 jam per-hari. Padahal, menurut ketentuan PNS dan THL harus bekerja selama 8 jam per-hari.
Menanggapi hal itu, Asty Dohu yang dihubungi melalu ponselnya, Selasa, 10 Oktober mengatakan, Kadis Nawang sangat tidak berlaku adil seputar pemecatannya.
“Kemarin saya dengar mereka sebarkan daftar hadir. Saya curiga itu bisa direkayasa, kecuali kalau pakai single print, ini kan bisa saja diprint formatnya baru tinggal isi ulang,” ujar dia mencurigakan.
Dia menegaskan masih banyak rekan-rekannya di Dinas Kominfo Matim yang kerap tidak hadir, namun tidak dipecat Kadis Nawang. Bahkan akumulasi ketidakhadirannya melebihi Asty Dohu.
“Kalau soal liburan kemarin saya dua hari tidak masuk kantor. Tetapi satu teman di studio, dia dua minggu tidak masuk kantor, tanpa izin juga tapi dibiarkan,” katanya.
“Apakah semua teman-teman tiap hari hadir? Itu nonsense sekali kan, tidak mungkin kan mereka tiap hari hadir, dengan contoh-contoh itu jelas tidak berlaku adil bagi saya,” ujar Asty Dohu.
Ia sendiri membantah informasi yang beredar bahwa Kadis Nawang mengatakan Asty Dohu pernah ke Jakarta selama satu bulan tanpa izin.
“Itu tidak benar, saya hanya satu minggu kegiatan di Jakarta dan tidak masuk kantor,” jelas Asty Dohu.
Selanjutnya, konon Kadis Nawang menyebut alasan pemecatan Asty Dohu lantaran ia ke Maumere.
Dia menjelaskan dirinya ke Maumere Jumat sore dan paginya tetap masuk kantor. Sedangkan Sabtu kata dia, aktivitas Pemkab Matim libur.
Kemudian, menanggapi pernyataan Kadis Nawang yang menyebut dirinya hanya masuk kerja selama 1,5 jam perhari.
“Saya punya jam siaran cuman satu setengah jam, itu kan programnya satu setengah jam, setelah siaran pulang, itu kan banyak juga yang setelah siaran pulang. Ada yang hanya jam siaran datang dan setelah siaran pulang, kita berlaku adil sekarang, jangan hanya satu orang saja,” pungkas Asty Dohu.
Penulis: Adrianus Aba