Bajawa, Vox NTT- Motivator sekaligus pakar komunikasi, Dr. Aqua Dwipayana memberi ceramah kepada anggota TNI Kodim 1625 Ngada, Rabu (06/12/2017).
Tak hanya TNI, sejumlah pimpinan OPD Ngada, mahasiswa, unsur media massa juga dilibatkan dalam kegiatan ceramah yang berlangsung di di Aula Setda Ngada.
“Kalau kita selalu bersyukur tidak ada yang tidak mungkin. Tanamlah kebaikan dan lakukan tanpa pamrih, maka rezeki akan mengalir dan rejeki itu tidak harus uang, tapi yang terpenting kesehatan. Tanpa kesehatan kita tidak bisa buat apa-apa,” kata Dwipayana yang adalah penulis buku The Power of Silaturahim itu.
Dia menjelaskan, rezeki lain juga datang dari teman yang banyak. Karena itu selalu menjalin silaturahmi dengan semua orang tanpa membeda-bedakan.
Pakar komunikasi yang juga mantan wartawan ini mengatakan, silaturahim telah membuat dirinya tidak berkekurangan. Selanjutnya, mensyukuri apa yang diterima dari Tuhan.
“Dan jangan lupa, beri makan keluarga dengan hasil yang diperoleh secara halal,” kata Dwipayana.
Dia mengajak peserta ceramah agar menjalankan jabatan dan profesi sebagai sebuah amanah. Harus disadari bahwa di balik jabatan dan profesi yang diemban ada amanah yang harus diemban.
“Untuk meraih sukses, kita harus mengoptimalkan kemampuan, karena sejak dalam kandungan kita ini sebenarnya seorang pemenang bukan pecundang,” ucap Dwipayana.
Dwipayana ketika menyampaikan ceramah, mengangkatkan contoh konkret untuk memotivasi peserta tentang membangun potensi diri dan memiliki kecerdasan dalam berkomunikasi.
Menurut dia, agar komunikasi dapat berjalan secara efektif perlu memahami tentang lima hukum komunikasi efektif.
Kelimanya, antara lain; Pertama: sikap menghargai (respect). Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain.
Suatu komunikasi yang dibangun atas dasar sikap saling menghargai dan menghormati, akan membangun kerjasama diantara orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Kedua, empathy. Maksudnya kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain.
Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan. Mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, maka dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang diperlukan. Itu terutama dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
“Sikap empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan menerimanya,” kata Dwipayana.
Ketiga, Audible. Hal inivMengandung arti dapat didengar atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik.
Maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
Penyampaian informasi agar mudah diterima dapat menggunakan media yang cocok. Sehingga, penerima pesan betul-betul mengerti apa yang disampaikan oleh pemberi informasi atau komunikator.
Keempat, Clarity. Adalah soal kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan.
Kesalahan penafsiran dapat menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan.
Clarity juga dapat diartikan sebagai keterbukaan dan transparansi.
Harapannya dengan mengembangkan sikap terbuka tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan, maka dapat menimbulkan rasa percaya penerima pesan terhadap pemberi informasi.
Kelima, Humble. Dapat diartikan sebagai sikap rendah hati bukan rendah diri.
Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum yang pertama yaitu membangun rasa menghargai orang yang diberi pesan.
Sikap rendah hati dapat dikatakan sebagai bentuk komunikator menghargai terhadap komunikan sebagai penerima pesan.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Adrianus Aba