Larantuka, Vox NTT-Pembangunan industri perikanan di Air Panas, Desa Mokantarak, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur ditakutkan membawa petaka bagi masyarakat sekitar.
Sin Kelen, salah satu warga Air Panas saat ditemui di kediamannya yang berjarak 50 meter dari lokasi pabrik, mengungkapkan limbah pabrik ikan itu menimbulkan bau busuk yang menyengat sehingga masyarakat di sekitar tidak dapat beraktivitas dengan normal.
“Sempat warga di sini tidak dapat melakukan latihan nyanyi di basis karena bau busuk yang ditimbulkan dari limbah pabrik ikan”, katanya kepada Voxntt.com, Selasa (06/02/2018).
Sin, demikian disapa, sangat menyesalkan tindakan yang tidak bertanggung jawab oleh pihak pabrik yang membuang sampah kotoran ikan di sembarang tempat.
“Bangkai ikan (kepala, tulang, dan perut ikan) dibuang begitu saja di pantai. Dari bangkai ikan tersebut keluar ribuan ulat sebesar ibu jari memasuki perahu miliknya yang ditambatnya di tepi pantai”, katanya dengan raut wajah yang kesal.
Limbah pabrik ikan diduga mengandung zat kimia yang berbahaya yang dapat mengancam kehidupan ekosistem alam disekitarnya.
Diungkapkan Sin, anjing peliharaannya mati setelah memakan bangkai ikan yang dibuang karyawan pabrik di tepi pantai.
Beberapa ekor anjing yang dilihatnya pernah memakan bangkai ikan tidak terlihat lagi. Dia menduga anjing-anjing itu telah mati karena memakan bangkai ikan.
Kegelisahan akan pengaruh zat kimia yang berbahaya itu juga disampaikan oleh Ota Kelen, petani garam di Air Panas. Pasalnya, sebelah barat dari pabrik tersebut berbatasan langsung dengan tempat tambak garam warga Air Panas dan Warga desa Mokantarak.
“Kami masyarakat di sekitar pabrik merasa khawatir jangan sampai hasil tambak garamsudah terkontaminasi dengan zat kimia yang berbahaya”, ujar Ota.
Hal senada diungkapkan Kelitus Odjan, Ketua RT 07 dusun Air Panas ditemui di rumah miliknya, Selasa (06/02/2018), sore.
“Anjing peliharaan warga di Air Panas, semuanya telah mati karena memakan bangkai ikan yang dibuang oleh pabrik tersebut. Sebagai tokoh masyarakat saya telah menyampaikan keluhan warga ke pihak pabrik. Beberapa waktu yang lalu saya masih menerima laporan dari warga bahwabangkai ikan masih saja dibuang di tepi pantai”, ungkap Kelitus.
Pihak management pabrik ikan, Rio Aju, dikonfirmasi voxntt.com di ruang kerjanya, Rabu, (07/02/2018) mengatakan bahwa benar adanya pengeluhan dari masyarakat terkait dampak limbah pabrik ikan.
“Pernah Ketua RT, datang ke pabrik menyampaikan keluhan. Pada waktu itu saya tidak berada di tempat. Kami mengakui hal ini merupakan kelalaian dari karyawan yang membuang limbah padat, di sembarang tempat” aku Rio.
Rio, menjelaskan, ada dua jenis limbah yang dihasilkan pabrik, yakni limbah padat dan limbah cair.
Dia mengaku pihak pabrik mempunyai sistem penanganan terhadap limbah tersebut. Penanganan untuk sampah padat adalah dengan cara dibakar. Kedepannya akan dibuat trap agar sampah padat yang dibakar benar-benar habis.
“Sedangkan untuk limbah cair, pihak pabrik sudah membuat bak penampung. Kedepannya akan dibuatkan lagi satu buah bak penampung untuk mengantisipasi jika bak penampung yang satunya penuh”, jelas Rio
Terkait dampak reaksi kimia, dijelaskannya, hal itu sangat kecil kemungkinan terjadi.
“Sebelum masyarakat merasakan dampak reaksi kimia, pasti dampaknya akan dirasakan lebih dulu oleh karyawan. Nyatanya hingga saat ini semua karyawan baik-baik saja”, ungkap Rio.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa di samping pabrik ini akan dibangun pabrik tepung ikan. Dengan berdirinya pabrik tepung ikan ini maka masalah limbah pabrik sudah teratasi.
Rio berharap pabrik ikan yang dikelola oleh PT. Tri Tungga Lintas Benua (TLB) dapat menjadi mitra yang baik dengan masyakat.
“Segala pengeluhan masyarakat menjadi masukan bagi kami agar tidak lalai dalam mengelola limbah pabrik”, imbuhnya.
Untuk diketahui, keberadaan pabrik ikan ini memicu reaksi protes dari Masyarakat di kompleks Air Panas. Mereka mempertanyakan komitmen pemerintah daerah Kabupaten Flores Timur dimana daerah itu merupakan salah satu destinasi wisata.
“Daerah kami (Air Panas) mempunyai tempat wisata pemandian Air Panas yang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Flotim. Kami bingung dengan didirikannya pabrik ikan. Limbah pabrik tentunya dapat mempengaruhi ekosistem disekitar lokasi wisata,” ungkap Kelitus, Ketua RT 07 Air Panas.
Kelitus juga mempertanyakan konsistensi pemda Flotim terkait kehadiran pabrik ini, apakah daerah itu mau dijadikan lokasi Wisata Daerah atau lokasi industri perikanan.
Kontributor: Sutomo Hurint
Editor: Irvan K