Larantuka, Vox NTT-Di tengah trend pekerjaan sebagai pegawai kantor yang duduk apik di ruangan ber-AC, Yohanes Wolo Tobi malah sibuk dengan usahanya yang akrab dengan kotoran hewan.
Pemuda asal desa Lewoawang, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur ini lebih memilih beternak babi dibandingkan pekerjaan yang dianggap bergengsi di lingkungannya. Betapa tidak, menjadi peternak babi sering dikaitkan dengan pekerjaan kotor karena harus bersentuhan dengan kotoran ternak serta aroma tak sedap yang kerap tercium.
“Saya merintis usaha ternak babi sejak tahun 2015, hingga saat ini sudah 25 ekor babi yang telah saya jual. Kini tersisa 30 yang berada di kandang,” ungkapnya pada sesi perkenalan saat mengikuti kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) bagi orang muda yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (KUKM), Rabu, (11/04/2018) di Larantuka.
Perkenalan yang menarik ini membawa media VoxNtt.com untuk bercerita lebih jauh dengan pemuda yang kini berusia 30 tahun ini.
“Saya tidak malu bekerja apapun. Saya pernah bekerja menjadi seorang tukang ojek dan penjual ikang keliling dengan menggunakan motor. Saya kerja apapun dengan semangat dan tidak malu. Yah, asal mendapat uang untuk tabungan di masa depan, saya tidak malu”, ungkap pria yang pernah menjadi seorang tukang masak pada salah satu rumah makan di Bali ini.
Melihat tingginya permintaan daging babi di Flores Timur, pria yang akrab disapa Yan ini mulai banting stir dari pekerjaan sebelumnya.
“Hampir setiap hari dalam seminggu, banyak sekali oto pick-up masuk ke kampung untuk membeli babi. Jadi saya berpikir, kenapa saya tidak kembangkan usaha ternak babi yah”, kenangnya menceritakan awal keterikannya dalam dunia usaha ini.
Hasil usaha tani yang tinggi dan ketersediaan pakan lokal di desanya juga menambah motivasi Yan untuk berternak.
“Semua bahan-bahan pembuatan kandang diambil dari kayu di hutan sekitar kampung. Semuanya berbahan lokal, yakni bahan dari kayu, batang pelepah kelapa. Atap kandang pun terbuat dari daun kelapa dan alang-alang. Untuk makanannya kita ambil dari hasil perkebunan, dari batang pisang, ubi, dan pepayah, dan itu gratis karena hasil kebun sendiri”, jelas Yan kepada VoxNtt.com penuh semangat di pelataran teras aula KUKM Larantuka.
Dana Desa Kembangkan Usaha Orang Muda
Komitmen menjalani usaha ternak babi terus ditekuninya dari waktu ke waktu. Mulai dari pengadaan bibit ternak dengan menjalin mitra bersama desa tetangga, hingga membuka lahan perkebunan miliknya untuk ditanami jenis tumbuhan yang dijadikan pakan ternak.
Beberapa bulan merintis usaha ternak babi, masyarakat desa Lewoawang memilih Yan menjadi seorang kepala desa.
Di tengah maraknya arus merantau di daerah ini, salah satu solusi yang dijalankan Kades Yan adalah membuka peluang usaha untuk orang muda. Anggaran dana desa yang mencapai 1 Miliar lebih, diprioritaskannya untuk memberdayakan usaha kaum muda di desa Lewoawang.
“Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) bisa mencapai 1 Milyar lebih. Dari dana itu saya alokasikan untuk memberdayakan kaum muda dengan mengembangkan usaha peternakan, usaha pertanian, usaha kerajinan tangan lokal masyarakat, dan pengembangan bengkel otomotif khusus orang muda. Pada tahun 2017 dana desa dialokasikan untuk pengembangan usaha orang muda sebesar Rp. 30 juta dan pada tahun 2018 sebesar Rp. 100 juta untuk pengembangan usaha orang muda” ungkap Kades Lewoawang.
Aliran dana desa juga dimanfaatkannya untuk mengembangkan usaha ternak babi orang muda di desanya. Saat ini sudah terbentuk 3 kelompok orang muda peternak babi. Kelompok itu, antara lain: Kelompok Putra Lewoawang, Putra Bura Nilan, dan Keropo Kemamu.
Orang Muda Tak Boleh Malu Kerja Kotor
Baginya banyak peluang terbuka lebar bagi orang muda untuk berwirausaha, salah satunya adalah usaha ternak babi. Yan sungguh meyakini usaha ternak babi adalah bisnis yang sangat menjanjikan dan menghasilkan uang yang cukup untuk masa depan asalkan tidak malu untuk bekerja dengan kotoran hewan.
“Anak babi berumur 3 bulan dapat dijual dengan harga Rp. 800.000, ribu. Babi berumur 12 -18 bulan dapat dijual dengan harga 4 sampai 5 Juta bahkan bisa sampai 6 juta rupiah tergantung ukuran babi. Dimana-mana akan terus diadakan acara ritual, gelar pesta dan lain-lain. Babi juga adalah komuditas budaya Lamaholot. Ternak babi adalah bisnis yang menjanjikan di Flores”, ucap Yan.
Ternyata apa yang dilakukan Kades Yan selaras dengan program “Selamatkan Orang Muda” dari Bupati dan Wakil Bupati Flores Timur. Program ini fokus membuka peluang bagi orang muda untuk berwirausaha.
Dia menyarankan agar desa-desa lain juga menyusun program kerja yang sejalan dengan Visi dan Misi dari Pemda Flotim.
“Kuncinya adalah jangan malu kekerja kotor dan menikmati proses dalam bekerja. Saya selalu dengungkan ini ke orang muda. Visi misi Bupati dan Wabub Flotim adalah isyarat bahwa sekarang adalah saatnya orang muda berusaha. Waktunya orang muda untuk menunjukkan kualitas diri dalam bidang apapun termasuk dalam berwirausaha” tegas Kades Lewoawang yang mengaku masih jomblo ini.
Penulis: Sutomo Hurint
Editor: Irvan K