Kehidupan saat sekarang memang begitu sulit apalagi dengan tidak stabilnya harga BBM maupun sembako membuat masyarakat ditantang mencari uang dengan menghalalkan segala cara. Berdagang sopi (minuman alkohol tradisional) merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hidup. Dagangan ini makin laris ketika budaya minum sopi merupakan simbol kebersamaan dan persaudaraan dalam berbagai ritual budaya di Flores.
Bajawa, VoxNtt.com- Ibu Gustin warga Aimere, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada terlihat begitu serius menjual sopi di tempat ramai tanpa berpikir panjang dampak jualannya itu kerap bersentuhan dengan pihak keamanan.
Ia menjajakan sopi tidak begitu jauh dari pelabuhan laut Aimere kabupaten Ngada, persisnya di Jalan Negara Ruteng-Bajawa.
Tak hanya Gustin, banyak juga pedagang lain yang menjajakan sopi kepada para pengendara yang melintas di jalan maupun yang keluar masuk pelabuhan Aimere.
“Dengan jual sopi kebutuhan keluarga saya terpenuhi pak ” katanya kepada VoxNtt.com baru-baru ini.
Berdagang sopi yang tergolong minuman keras, tidak membuat ibu tiga anak ini takut dan jera walaupun ia mengaku sering mendapat teguran pihak kepolisian setempat.
Dengan berjualan sopi Gustin mampu meringankan beban suaminya yang bekerja sebagai petani untuk membiayai sekolah kedua anaknya yang kini belajar di sekolah menangah atas dan yang bungsu masih di sekolah dasar.
Selain sebagai petani, suami Yustin juga kerap membantu mencari borongan sopi di tempat penyulingan yang berlokasi tak jauh dari tempat mereka tinggal.
Penghasilan sang suami yang tidak cukup hanya dengan mengandalkan pengolahan lahan gersang di Aimere, turut mematangkan motivasi Gustin untuk menekuni pekerjaannya itu.
Kepada media ini ia mengaku produk sopi merupakan hasil penyulingan dua kali dari moke putih yang disuling bersama buah dan bunga pohon lontar.
Proses pembuatanya masih sangat tradisional dan telah diwariskan secara turun temurun sejak zaman nenek moyang mereka.
Sopi Aimere menjadi laris karena kualitas penyulingan sopi yang dilakukan dua kali dari moke putih.
Sementara untuk kelas sopi yang paling laris adalah sopi BM Maumere alias sopi bakar menyala hasil penyulingan tiga kali dari moke putih hingga pada akhirnya sopi bisa dibakar dan menyala.
Abaikan Teguran Polisi
Selain dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada orang yang mengkonsumsi secara berlebihan, bisnis sopi kerap menjadi salah satu penyebab tindakan kriminal yang membuat bisnis ini bersentuhan dengan pihak kepolisian.
Ibu Gustin pun mengaku sering ditegur berkali-kali oleh pihak kepolisian dalam razia miras dari Polres Ngada.
Namun dirinya tidak mau berhenti karena hasil jualannya itu merupakan salah satu harapan hidup untuk keluarganya.
“Sudah berkali-kali saya ditegur dan bahkan pernah dapat dalam razia pihak Polres Ngada tapi saya harap dari mana lagi untuk kehidupan keluarga kalau bukan dari sopi Aimere ” ucapnya.
Diakuinya, beberapa pihak anggota Polsek Aimere ada yang mengerti dengan kehidupan mereka sehingga memberikan kelonggaran menjual sopi.
“Polisi di sini ada yang baik-baik pa mereka mengerti sekali dengan kita masyarakat kecil” ujarnya.
Sopi dan Budaya
Bisnis sopi Aimere memang sangat menjanjikan. Banyak peminat minuman tradisional ini bertandang ke Aimere bahkan para penumpang kendaraan roda dua dan empat yang melintasi jalan utama tersebut sering mampir untuk minum maupun sebagai kado bagi keluarga.
Tak hanya pengendara yang lewat, penumpang kapal feri yang keluar masuk pelabuhan Aimere menjadikan sopi sebagai cendramata bagi sahabat, keluarga maupun kolega mereka.
“Kadang penumpang membeli sopi dalam jumlah banyak dan ada yang juga satu dua botol saja” terang Ibu Gustin.
Mengonsumsi sopi secara berlebihan memang sangat berpengaruh terhadap kesehatan, namun budaya minum untuk masyarakat Flores tidak bisa dielahkan lagi.
Buktinya sopi dengan takaran ukuran botol sedang dijual dengan harga Rp25 ribu per botol , ukuran botol besar dijual Rp50 ribu per botol.
“Satu hari bisa laku sampai 10 botol besar pak ” ungkap Gustin
Yohanes Rani, Warga Aimere yang juga penjual sopi menuturkan sopi Aimere laris ketika menjelang hari raya Natal dan tahun baru.
Selain itu pula sopi digunakan untuk meramaikan suasana pesta adat reba di Ngada, acara sambut baru, acara nikah, pesta sekolah ataupun bentuk acara syukuran lainya.
Sementara di kabupaten tetangga, Manggarai Timur dan Manggarai umumnya, minuman sopi juga telah menjadi minuman budaya dalam ritual adat setempat seperti ritual penti, teing hang, perkawinan dan ritual budaya lainnya.
Walaupun minuman ini tergolong minuman keras dan kerap menjadi pemicu tindakan kriminal, namun Yohanes tidak sepakat jikalau penjual dan peracik sopi harus dipersalahkan.
Menurut dia sopi adalah minuman keakraban dan persaudaraan asalkan diminum pada saat yang tepat seperti upacara adat dan syukuran.
“Coba bayang apa ada acara adat kita yang tidak menggunakan sopi” katanya.
Ia berharap agar pemerintah selaku yang membuat kebijakan bisa membuat peraturan daerah yang bisa mendamaikan masalah ini agar tidak merugikan mereka, juga agar minuman itu tidak menyebabkan tindakan kriminal. (Rony/VoN)
Foto Feature: Ibu Gustin warga Aimere, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada.