Gaji PNS suami istri belum cukup memenuhi kebutahan hidup. Lahan kurang lebih 0,5 Ha dimanfaatkan untuk budidaya ribuan tanaman terung. Alhasil, pendapatan guru ini setiap bulan mengalahkan Gaji PNS.
Ruteng, VoxNTT.com- Adalah Matheus Bagung (35) pria bertubuh gempal kelahiran Longos 1981 ini memanfaatkan lahan kurang lebih 0,5 Ha miliknya untuk budidaya terung. Baginya aktivitas ini merupakan pekerjaan sampingan yang bisa mendatangkan uang setiap saat.
Sore itu hujan rintik-rintik. Matheus dengan menggunakan celana pendek dan baju kaos, tampak semangat menyirami ribuan pohon terung yang sudah berbuah lebat.
“Saya sudah mulai budidaya terung sejak pertengahan 2016 tahun lalu” kata Matheus yang juga guru biologi di SMPN Wae Ri’i kepada VoxNtt.com, Senin (23/1).
Melalui lahan ini seluas 0,5 ha ini, dia mencoba menerapkan ilmu Biologi lewat budidaya terung di belakang rumahanya persis berlokasi di depan Kantor Camat Wae Ri’i, Kampung Timung, Desa Golo Cador, Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai.
“Awalnya hanya hobi, ketika dikerjakan dengan serius hasilnya bisa mengalahkan Gaji PNS saya ” ujar Ayah tiga orang anak ini.
Hal paling unik dari pertanian Terung Matheus ketika ia menggunakan pupuk kompos, daun hijau dan kotoran hewan untuk menyuburkan ribuan tanaman tersebut.
Di lahan tersebut ada juga mata air yang cukup untuk bisa menyiram tanaman terung miliknya.
“Setiap hari saya kumpulkan daun hijau, kotoran hewan dalam waktu sekian lama dicampurkan dengan EMA4 bahan kimia sebagai bakteri pengurai pupuk organik’’ katanya
Dari modal awal sekitar Rp3 Juta, Rp1 Juta digunakan untuk biaya upah dua buruh dalam pengerjaan proses pembibitan, pengolahan, penggemburan dan pembuatan bedengan lahan tanaman terung. Sementara 2 Juta sisanya digunakan sebagai biaya pembuatan pagar bambu di lokasi lahan terong tersebut.
Sejak awal November, Matheus sudah mulai memanen buah terong di ladangnya setiap tiga hari. Dengan menggunakan sepeda motor ia menjual 350 buah terong dalam ukuran besar kepada pedagang di pasar inpres Ruteng, salah satu pasar di ibu kota Kabupaten Manggarai.
“Saya menjual dengan pedagang sayur di pasar inpres Ruteng Rp. 1000 per buah” akunya.
Harga itu merupakan harga mati dari tawar- menawar dengan pedagang sayur di Pasar. Para pedagang kemudian biasa menjual dengan harga Rp 2500 per buah atau 4 buah per Rp 10 ribu.
“Rata-rata penghasilan sebulan yang saya dapat selama ini bisa mencapai Rp 4 juta” ujarnya
Diperkirakan ribuan tanaman terung miliknya akan berhenti panen setiap harinya sampai dengan bulan April mendatang. Setelah itu baru dia akan melakukan penanaman kembali.
Motivasi
Gaji PNS Matheus dan istrinya sudah mulai terpotong setiap bulan ketika mereka kredit di Bank untuk modal membuat rumah baru dan membeli lahan tanaman terong tersebut dari Masyrakat kampung Timung.
Pilihan usaha budidaya terong merupakan solusi karena usaha pertanian sudah merupkan warisan dari orang tua Matheus di Kampung Longos sejak SMP.
“Saya budidaya dan jual sayur di pasar inpres Ruteng, kaka saya lebih sukses, dia bisa mendapat Rp 8 Juta per bulan dari usaha budidaya sayur seperti ini ‘’ ungkap Matheus kepada VoxNtt.com.
Selain mewariskan bakat dari orang tuanya tersebut, sebagai Ketua kelompok Basis Gereja (KBG) Golgota, Paroki Timung ia ingin pekerjaannya itu bisa menjadi obor bagi masyarkat sekitar agar memanfaatkan lahan di kebun atau pekarangan rumah.
Dalam mewujudkan mimpi itu, Matheus memiliki moto “mendidik tanpa bersuara”.
“Dengan bekerja kita sebenarnya telah memberikan bukti kepada masyarakat cara menghasilkan uang” katanya.
Tak hanya terung, sebelum dia menetap di Timung di rumah baru keluarganya, di penginapan lama tepatnya di kampung Ling, tak jauh dari Timung, ia pernah memanfaatkan lahan pinjaman untuk budidaya sayur sawi selama kurang lebih 5 tahun.
“Sekarang sudah begitu banyak masyarkat Ling yang budidaya sayur ” tambahnya.
Flavianus Gampur, warga Timung, Desa Golo Cador kepada VoxNtt.com di lokasi tanaman terong tersebut mengatakan sangat bersyukur dan berterimakasih kepada Matheus karena dengan melihat usaha budidaya Terong, ia terdorong mau belajar budidaya terung mapun sayur lainnya.
“Selama ini kami hanya berharap pada kopi yang sekali panen setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan keluarga, kami berharap Pak Guru bisa membimbing kami petani lainya dengan cara seperti ini ” ujarnya. (Rony/VoN)
Foto : Matheus Bagung berpose bersama tanaman terong miliknya.