Kisah Agupena Menggerakan Literasi di Flotim
Larantuka, Vox NTT-Di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur, kini hadir sebuah forum untuk para guru yang menulis. Nama forum itu Agupena. Kepanjangannya adalah Asosiasi Guru Penulis. Inisiator dari forum ini adalah Maksimus Masan Kian. Sebagai inisiator ia kini didapuk jadi Ketua Agupena Flores Timur.
Menurut Masan Kian, forum Agupena awalnya lahir dari motivasi Thomas Akaraya Sogen yang berusaha untuk menghentikan ‘kecerewetan’nya dalam mengkritisi setiap kebijakan di daerah yang tidak berpihak kepada guru dari menggunakan mulut ke menggunakan pena. Maksi lalu mendapat Surat Mandat untuk pembentukan Agupena Flotim.
Gambaran dan referensi tentang Agupena di kepala saya tidak ada. Tugas ini dipecahkan oleh sedikitnya lima guru kampung. Dapat disebutkan diantaranya saya sendiri, Amber Kabelen, Tobias Ruron, Jemmy Paun dan Wilem Kopong yang mana waktu itu kami sama-sama mengajar di SMP Negeri Satu Atap Riang Puho Kecamatan Tanjung Bunga. Komitmen kami bangun di kampung, kami wacanakan melalui media sosial untuk mengajak guru membentuk Agupena Flotim. Demikian tutur Maksi.
Agupena Flores Timur terbentuk secara resmi pada Minggu sore, 1 Maret 2015 bertempat di salah satu ruang kelas SMAN 1 Larantuka. Hadir pada saat pembentukan itu 26 guru Flotim. Ide menghadirkan Agupena di Flotim yakni menjawabi kesulitan guru di Kabupaten Flores Timur dalam hal menulis. Tuntutan regulasi (Permenpan Nomor 16 Tahun 2009) yang menyatakan bahwa guru yang naik pangkat, harus menghasilkan karya tulis ilmiah membuat guru di Flotim sangat kesulitan. Guru yang tidak terbiasa menulis karya ilmiah, hanya bisa pasrah. Selain untuk guru, bagi siswa adalah membuka ruang kreasi bagi anak – anak Flotim untuk berekspresi melalui tulisan. Dan yang paling penting adalah menciptakan iklim ilmiah di daerah sejalan dengan canggihnya perkembangan teknologi dan informasi saat ini.
Saat ini anggota Agupena sudah mencapai 160 orang. Dan sudah tersebar di 16 kecamatan dari 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Flores Timur. Dari sistem pengorganisasian ini saja sudah terbaca bahwa forum Agupena sudah mulai bertumbuh di Flores Timur.
Usia Agupena memang baru dua tahun, tapi telah banyak kegiatan yang mendukung mimpi untuk mewujudkan Flotim yang cerdas, beriman dan berkarakter itu kini sedang menggeliat.
Menurut Maksi kegiatan-kegiatan Agupena sepanjang tahun 2015 hingga 2016 baru sebatas pelatihan menulis karya ilmiah, menyediakan media online bagi penulis pemula untuk mempublikasikan tulisan guru dan siswa, menggelar seminar tentang motivasi guru menulis, Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi guru-guru se kabupaten Flores Timur, Workshop PTK dan PTS di sekolah-sekolah, dan mengadakan perlombaan penulisan Puisi bagi peserta didik SMP/SMA/K di kabupaten Flores Timur.
Selain itu, pelatihan jurnalistik dan menulis puisi, mengadakan perlombaan cerita rakyat Flores Timur bagi guru-guru di Kabupaten Flores Timur, Gerakan Katakan dengan Buku dalam melestarikan Gerakan Literasi di Flotim, Gerakan Katakan Dengan Mading, Membantu buku dan alat tulis, seragam sekolah dan sepatu kepada siswa miskin, bekerja sama dengan PGRI Cabang untuk mengadakan Workshop PTK, menfasilitasi guru dalam mempublikasikan tulisan melalui media cetak dan online, mefasilitasi siswa dalam menuangkan kreasi tulisannya di media, dan lain-lain.
Mefasilitasi guru-guru Flores Timur untuk mempublikasikan karyanya baik dalam bentuk karya ilmiah, karya sastra dan juga dalam bentuk buku.
Berkenan dengan dukungan dari Pemda Flotim, Maksi menjelaskan dukungan lebih pada himbauan kepada komponen terkait untuk terlibat dan mendukung kegiatan Agupena Flotim.
Jikapun ada sumbangan secara materi itu tidak keluar dari Pos resmi anggaran daerah. Sekedar sumbangan pribadi-pribadi yang nilai kecil.
Figur yang selalu hadir dan berada di tengah-tengah Agupena dalam setiap momentum kegiatan Agupena Flotim adalah Bapak Bernadus Beda Keda Kepala Dinas PKO Flores Timur.
Ia selalu memberi dukungan yang luar biasa secara moril. Beliau selalu bersama dengan Agupena Flotim.
Berkaitan dengan perbandingan sebelum adanya Agupena dan saat ini setelah Agupena berdiri yakni orang mulai “terganggu” bahwa aktivitas membaca dan menulis, pendampingan penulisan karya ilmiah, kegiatan Workshop, seminar, Panel Diskusi, lomba- lomba menulis dan mencipta karya, simposium itu penting dalam meningkatkan profesionaliseme guru dan peningkatan kapasitas dan kompetensi siswa.
Semangat menulis dari siswa dan guru sudah mulai nampak dan mengeliat. Terlihat dari hidupnya Majalah Dinding (Mading) sekolah yang diisi dengan karya tulis dari siswa.
Selain Mading, lahir juga buletin-buletin sekolah. Siswa Flores Timur juga sudah menulis di media cetak.
Menurut As’yari Hidaya Hanafi salah satu anggota pertama Agupena mengaku menemukan kembali dunianya yang sempat hilang beberapa tahun setelah wisuda. Dalam forum Agupena saya kembali memiliki semangat dan motivasi yang besar untuk terus belajar. Ya mimpi besar kami adalah lahirnya generasi Flotim yang cerdas bersama Agupena. (Hengky Ola/VoN)