Larantuka Vox NTT-Nama lengkapnya Jefri Ngala, sapaanya Pepi. Jebolan Sistem Informatika Universitas Merdeka Malang ini berhenti jadi pegawai hanya untuk menuntaskan hobi menggambarnya.
Lulus pada tahun 2014 lalu, Pepi langsung diterima di Sekretariat SMK Pertanian Wulanggitang sebagai operator. Dua tahun di sekretariat Pepi merasa jenuh dan memilih hengkang pada tahun 2016.
Sempat luntang-lantung tak karuan, Pepi akhirnya bingung mau kerja apa lagi.
“Hidup ini keras kaka, saya stress mau kerja apa lagi ni,” demikian komentar Pepi di ruang kerjanya yang berukuran 2×4 meter pada Minggu sore, (28/5/2107).
Pepi yang hobi menggambar lalu mengutarakan niat pada orang tua untuk menekuni hobinya yang menggambar dengan jadi tukang sablon.
Orang tuanya memang mendukung rencana itu namun syaratnya usaha yang dibangun harus dari modal sendiri. Syarat yang disampaikan orang tuanya cukup membuatnya putus asa tapi mau bagaimana lagi.
“Mereka sudah cape-cape urus saya sekolah, sudah jadi pegawai di sekolah eh saya kabur ,jadi diam saja” demikian katanya.
Dalam kebingungan, orang tuanya memberi usul agar mengajukan pinjaman ke koperasi. Setelah mengkalkulasi semua biaya mulai dari ruang kerja, alat sablon dan perlengkapan lainnya, Pepi nekad pinjam ke koperasi di Hokeng.
Dengan modal pinjaman koperasi sebesar tujuh puluh dua juta rupiah Pepi berangkat ke Jakarta. Belanja semua kebutuhan sablon dan kursus kilat sehari di Kedoya Jakarta, Pepi balik Hokeng.
Mulai Usaha
Usaha sablon pun dikerjakan. Mulai dari bangun ruang kerja, mendalami kembali corel draw dan adobe illustrator sebagai pengetahuan dasar mengerjakan sablon.
Pepi lalu mencoba desain sendiri kaos-kaos untuk keluarga dekat. Menurut Pepi kecemasan awalnya adalah ada tidak yang mau sablon, apa lagi di Hokeng.
Untuk mengatasi kecemasan awal ia mengkampanyekan jasa sablonnya di facebook dan kirim pesan singkat pada kawan-kawan dekat untuk bantu promosikan usahanya.
Trik ini ternyata membuahkan hasil. Baru dua berjalan sejak pertengahan Maret sampe April, Pepi langsung ketiban orderan.
“Saya kaget dan senang sekali” akunya.
Selama Maret sampai April , ia telah mengerjakan desain kaos untuk desa-desa di kabupaten Flotim, pesanan kaos dari Orang Muda Katolik (OMK), pesanan ibu-ibu Kongregasi Santa Anna dan orderan pribadi kawan-kawan.
Saat ini Pepi juga melayani jasa desain pada cangkir dan juga melayani pemesanan souvenir ulang tahun dan pernikahan.
Penghasilan selama dua bulan berjalan, sejak Maret-April 2017 menurut Pepi sudah mencapai sepuluh juta rupiah. Jasa desainnya yang kini mulai berkembang pesat bagi Pepi adalah sebuah anugerah Tuhan.
“Saya percaya bahwa saya bisa hidup dengan pekerjaan ini. Kakak lihat semua peralatan dan kaos saya di ruangan ini kualitasnya bagus semua, jadi hasilnya juga sudah pasti bagus” urai Pepi sambil menunjukan desain kaos yang dikerjakannya.
“Saya mengutamakan kualitas. Sekalipun kerja dari desa tapi kualitasnya berkelas” kata Pepi sambil tertawa.
Obet Tolok, salah satu pengunjung yang Minggu sore itu juga mampir mengambil pesanan kaosnya mengungkapkan bahwa dirinya sudah dua kali meminta jasa Pepi untuk mendesain kaos dan jacketnya .
“Saya senang sekali karena desain dan sablon dari Pepi ini kualitasnya bermutu Pak,” kata Obet.
Menurut Obet, saat ini trend untuk mengenakan kaos desain sendiri cukup berkembang di kalangan remaja di Hokeng dan sekitarnya. Jadi mereka tinggal bilang keinginan modelnya lalu Pepi kerjakan. (Hengky Ola/Von).