Mbay, Vox NTT- Produksi garam beryodium di Nggoloni, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo-NTT belum mampu memenuhi kebutuhan industri, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Presiden Direktur PT Cheetham Garam Indonesia, Arthur T saat ditemui VoxNtt.com di lokasi pabrik itu, Jumat (9/6/2017), mengatakan garam beryodium di Nggoloni baru mampu memroduksi 4000 ton per tahun.
Dia mengaku, garam yang diproduksi yang diberi nama Kristal itu untuk sementara, hanya dipasarkan di Pulau Flores saja.
“Tapi ke depan akan fokus penuhi kebutuhan pasar Indonesia bagian Timur, termasuk ke seluruh kabupaten kota di Provinsi NTT,” kata Arthur.
Dikatakan, pabrik pengelolaan garam konsumsi beryodium di Kabupaten Nagekeo sudah mulai beroperasi sejak 20 April 2017 lalu di atas lahan 36 hektar. Namun hingga saat ini masih membutuhkan garam.
Bupati Nagekeo, Elias Djo menegaskan, kehadiran pabrik garam di Nggolonio itu melalui proses panjang dan melewati tantangan berat.
“Tetapi semua itu bisa diatasi berkat kerja sama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat,” aku Djo.
Menurutnya , untuk mengatasi kekurangan stok garam tersebut Pemkab Nagekeo telah menyiapkan tempat tambak garam di Waewoka, Kelurahan Mbay II, Kecamatan Aesesa.
“Hari ini kita bersama tokoh masyarakat Kelurahan Mbay II, serta dihadiri Direktur Jendral Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah Kementrian Agraria dan Tata Ruang atau Badan Pertanahan Nasional Budi Situmorang, telah mendapatkan kesepakatan tidak lagi ada persoalan di tambak garam tersebut,” ujarnya.
Dikatakan, dengan adanya tambahan tambak itu, maka akan membantu melancarkan produksi garam beryodium di Nagekeo. Sehingga, bisa terpenuhi permintaan Presiden Direktur PT. Cheetham Garam Indonesi.
Djo menegaskan, keberadaan pabrik garam di Nagekeo tersebut bisa menyerap tenaga kerja.
“Saya berjuang bukan untuk kepentingan saya, tetapi untuk kepentingan rakyat Nagekeo pada umumnya,” tukas Djo. (Arkadius Togo/VoN)