Lewoleba Vox NTT -Alexander Take Ofong, wakil ketua DPRD Provinsi NTT itu seminggu belakangan memanfaatkan waktu resesnya dengan berada di kabupaten Lembata.
Reses bagi seorang Alex adalah momentum yang tepat untuk mendapatkan klarifikasi kongkrit antara dirinya sebagai wakil rakyat dan juga konstituen pemilihnya.
Menurutnya reses tidak berarti waktu jalan-jalan lalu istirahat. Yang paling penting dari reses adalah kualitas dari reses itu sebagai bentuk pelayanan, dan pembelajaran politik dirinya sebagai anggota dewan kepada rakyatnya.
Satu kegiatan dari masa reses yang sangat unik adalah, Alex Ofong tampil sebagai pembicara dalam bedah novel Lamafa, karya Fince Bataona pada Selasa 22 Agustus 2017 di aula Kopdit Ankara Lewoleba.
Jadi pembicara dalam bedah novel yang bertajuk “perjuangan hidup dari nelayan Lamalera dalam proses perburuan ikan paus” yang telah berlangsung turun-temurun itu, Alex tampil cemerlang.
Dengan pembawaan yang selalu kalem, Alex tetap pada komitmennya untuk ada bersama orang Lamalera dan segala-gala tentang laut, yang dipandang sebagai kedaulatan. Pilihan Alex dalam bedah novel tersebut adalah satu pilihan yang istimewah, karena saat ini perburuan paus sebagai tradisinya orang Lamalera ternyata banyak disalapahami.
Alex dalam pilihannya melihat Lamafa, novel karya Fince Bataona tidak hanya sekedar sebuah teks. Tapi lebih dari itu adalah pilihan untuk ada bersama orang-orang kecil, para nelayan dan semua orang Lamalera yang memandang laut sebagai rahim kehidupan.
Pilihan macam ini tampak sangat biasa atau bisa dibilang sederhana sekali, tapi Alex telah menunjukkan kekritisan analisisnya tidak semata-mata pada topik teks sebuah novel, tapi pada masalah yang saat ini tengah melingkupi seluruh orang Lamalera yang dianggap ikut memusnahkan ikan paus.
Pada aras macam inilah Alex sang wakil rakyat hadir sebagai pembedah, yang mengajak untuk memahami laut yang oleh orang Lamalera sebagai ibu, sebagai jiwa juga kedaulatan dari hidup mereka.
Dari ruang diskusi bedah karya sastra sebagai motivasi menggerakan literasi Alex lalu menepi ke Desa Atakore-Watuwawer, Kecamatan Atadei pada Rabu 23 Agusutus 2017. Di Atakore, Alex bersama semua warga desa yang terlibat dalam ruangan pertemuan desa, fokus bicara tentang penggunaan dana desa yang sesuai juga dengan potensi desa.
Hal ini terutama berkaitan dengan pengembangan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Segala masukan, dan yang terutama mendengarkan suara rakyat dalam hal pengembangan potensi pariwisata seperti Dapur Alam Waiteba, Gereja Tuan Bekker juga pembahasan seputar air minum yang jadi kebutuhan mendesak warga.
Hal yang juga jadi fokus perhatian Alex adalah soal buru migran. Di desa Bao Lali-Kecamatan Ile Ape Timur, Alex hadir dengan masukan soal support dana desa untuk pengembangan ekonomi kreatif guna meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Desa Bao Lali merupakan salah satu desa dengan prosentasenya mencapai 75% warganya adalah perantau. Maka fokus diskusi di desa ini adalah adanya berbagai masukan.
Misalnya bagaimana mengembangkan ketahanan ekonomi keluarga-keluarga yang ditinggalkan oleh kepala keluarga, ibu rumah tangga dan juga anak-anak yang merantau hanya untuk ikut menopang kehidupan ekonomi dan juga pendidikan anak-anak mereka.
Dalam moment ini juga dibahas usaha perlindungan buru migrant melalui advokasi kebijakan untuk menjamin legalitas tenaga kerja. Termasuk usaha menghadirkan kantor imigrasi di kabupaten Lembata.
Kepala Desa Atakore-Watuwawer, Matheus Waleng dan juga kepala Desa Bao Lali-Ile Ape Timur dalam sambutan juga diskusi bersama saat reses mengaku, ada bersama Alex Ofong adalah moment luar biasa karena ketokohan Alex yang tenang-bersahaja dan selalu mampu menerjemahkan dengan sangat tepat apa yang paling segera dikerjakan.
Antusias warga ketika menerima Alex memang sesuatu yang tampak secara tulus. Lanny Koroh, yang saat ini sedang dalam proses penelitian bahasa yang ikut dalam acara bedah novel dan juga reses ke Ile Ape Timur mengakui, reses dari Alex Ofong adalah model reses yang berkualitas. “Saya menyaksikan sendiri bahwa reses ini tidak sekedar seremonial atau silahturahmi tapi memang mendarat sekali,” cerita Lanny. (Hengky Ola/VoN)