Ende, Vox NTT-Perhimpunan Petani Pangan Lokal NTT menawarkan tamanan sorgum sebagai solusi rawan pangan akibat kekeringan.
Dalam Rembug Pangan IV di Dusun Wolobele, Desa Kotabatu, Kecamatan Kotabaru, Kabupaten Ende, NTT sejak 31 Oktober sampai 2 November 2017, kumpulan petani pangan lokal NTT membicarakan banyak hal untuk mengangkat kembali pangan lokal.
Sekretaris Petani Pangan Lokal NTT, sekaligus Panitia Rembug Pangan, Nando Watu menuturkan rembug tersebut merupakan pertemuan berkala tahunan para petani pangan Lokal se-NTT.
Pertemuan ini untuk membangun gerakan bersama di kalangan petani serta mengangkat kembali berbagai benih pangan lokal, seperti sorgum, wijen, jewawut, padi lokal dan beberapa tanaman pangan lain.
Selain itu, para petani pangan lokal NTT membahas terkait dengan tanggapan terhadap isu global seperti perubahan iklim dan kekeringan.
“Kotabaru, Kabupaten Ende menjadi tempat yang cocok untuk ditanami sorgum karena terbentang luas lahan kering dan kritis. Dan ada jenis sorgum yang sangat cocok untuk ditanami dengan melihat kondisi geografis dan struktur tanah,”tulis Nando dalam pesan singkat yang diterima Voxntt.com, Rabu siang.
Ia menambahkan, selain pertemuan, para petani mendapatkan sorgum yang diberikan P3L dan Balit Sereal Maros, Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Selain itu, para petani melakukan penanaman 250 anakan bambu di sekitar Sungai Lowolande.
“Juga lakukan panen sorgum di Dusun Kotabaru I yang sudah disiapkan oleh Kelompok Tani Mae Welu,”jelas Nando.
Menanggapi sorgum sebagai solusi, Kepala Desa Kotabaru Mikhael Venantius Raja menuturkan Kotabaru siap menjadi Desa Sorgum di tahun 2018.
Pemerintah Desa akan menggerakkan masyarakat dan akan didukung dengan anggaran APBDes terkait penanaman dan pembudidayaan sorgum.
“Kami siap lahan dan harap mendapat dukungan dari berbagai pihak,”tutur Kades Raja.
Sementara, Mikhael dan Daniel Seni anggota Kelompok Mae Welu menyatakan sudah menyiapkan lahan untuk menanam sorgum.
Menurut mereka, tanaman Sorgum menjamin untuk mengatasi bencana kelaparan akibat kekeringan panjang.
“Tapi, lahan kami buat pagar dulu supaya ternak tidak masuk dan makan tanaman,”ujar mereka.
Hadir dalam rembug panhan, Ketua P3L, Maria Loretha, Marcia Pabendon dari Balit Sereal Maros Kementrian Pertanian RI, Pudji Sumedi dari Yayasan Kehati, Direktur Yaspensel Keuskupan Larantuka RD. Benyamin Daud, Direktur PT Rerolara Hokeng, RD. Aloysius Dore.
Selain itu, Maria Rosdiana dari Fakultas Peternakan Universitas Udayana Kupang, Dr. Robertus Baowolo, Peneliti dari Universitas Gajah Madah-Jogjakarta, Kepala Desa Kotabaru, Para Mosalaki Kotabaru, Kelompok Tani pangan lokal Se-Flores-Lembata serta warga Desa Kotabaru.
Penulis: Ian Bala
Editor: Adrianus Aba