Atambua, Vox NTT– Bulog Atambua terus melakukan upaya demi menjaga kestabilan harga di pasaran.
Upaya yang dilakukan Bulog Atambua berupa Gerakan Stabilisasi Pangan (GSP) yang dilakukan secara rutin dan Operasi Pasar (OP) di wilayah kerja Bulog Atambua yang meliputi kabupaten Belu, Malaka dan TTU.
Untuk kegiatan Operasi Pasar, Bulog Atambua sudah berhasil menjual 200 ton beras sepanjang Desember hingga Januari dengan harga 8.100 sesuai sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri.
Dengan harga jual tersebut, distributor hanya diijinkan untuk menjual beras ke konsumen dengan kisaran harga Rp.8.500 hingga Rp. 9.800.
Simon Lakapu, Kepala Bulog Atambua kepada awak media di ruang kerjanya Selasa, (16/1/2018) menyatakan optimis, Bulog dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.
Selain dua program tersebut, di tahun 2018 Bulog Atambua tetap akan menyediakan stok pangan khususnya beras untuk program bansos rastra di tiga kabupaten.
Namun, diakuinya untuk jatah rastra tahun 2018 kuotanya dikurangi 5 kg tiap Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dimana pada tahun 2017 setiap KPM mendapat 15 kg per bulan. Artinya di tahun 2018, setiap KPM hanya mendapat 10 kg per bulan.
Untuk program rastra, papar Simon, terdapat 49.943 KPM yang tersebar di kabupaten Belu, Malaka dan TTU.
Untuk program Rasrta, distribusi akan mulai dilakukan paling lambat pada awal atau pertengah bulan Februari 2018.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di tiga kabupaten, stock yang tersedia di Bulog Atambua masih cukup dimama masih tersedia 3 ribu ton beras dan 260 ton gula pasir.
“Stock beras kita ada tiga ribu ton yang siap didistribusikan untuk kebutuhan program raskin, rastra dan kebutuhan lain. Untuk sementara, dua ribu ton masih dibongkar di pelabuhan Atapupu” jelas Simon.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Irvan K