Mbay, Vox NTT- Pejabat Sementara (Pjs) Bupati Nagekeo Kosmas D. Lana membuka kegiatan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) V di Maunori, Kecamatan Keo Tengah, Selasa malam (17/04/2018).
MTQ adalah sebuah festival pemuliaan kitab suci umat Islam yakni Al-quran.
Dalam kesempatan tersebut, Kosmas mengatakan, setidaknya ada tiga nilai dari penyelenggaraan MTQ.
Ketiganya yakni; MTQ menjadikan seorang muslim mulia, fitri dan sebagai manusia cendikia yang berintelek dan berintegritas.
Menurutnya, Al-quran sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan tidak akan pernah habis untuk digali dan dikaji keluhuran nilai-nilai ajarannya.
Al-quran sebagai pandangan hidup Umat Islam, kata Kosmas, perlu ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan formal maupun informal.
Pendidikan tersebut antara lain melalui MTQ yang dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari kecamatan sampai ke tingkat nasional, bahkan internasional.
Karena itu, lanjut dia, MTQ tidak hanya sebagai rutinitas seremonial semata. Tetapi mampu menjadi momentum strategis yang ikut mewarnai pelaksanaan pembangunan dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya berharap Al-quran benar-benar dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Alasannya, menggaungkan Al-quran sebenarnya kita sedang menggaungkn nilai-nilai kemanusiaan dan kesalehan sosial,” kata Kosmas.
Berpijak pada nilai luhur dan tujuan mulia MTQ, Kosmas berharap dewan hakim dapat memberikan penilaian seobyektif mungkin, sehingga qori dan qori’ah yang keluar sebagai juara akan membawa nama Nagekeo bersaing di MTQ tingkat Provinsi NTT di Flores Timur bulan Mei mendatang.
Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kabupaten Nagekeo Muhayan Amir mengatakan, MTQ yang merupakan program dua tahun sekali.
Pelaksanaan MTQ, jelas dia, merupakan upaya pemerintah untuk menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-quran.
Nilai-nilai itu seperti, spiritual yang dapat menjadi fondasi bagi revolusi mental, menjadi inspirasi dalam berbagai aspek kehidupan dan pembangunan, baik hubungan dengan Tuhan maupun hubungan dengan sesama manusia.
Hal tersebut meliputi aspek kebangsaan, koral dan etika, sosial, budaya dan kesehatan, pendidikan dan intelektual, serta nilai-nilai kebaikan lainnya.
Dikatakan Muhayan, pengurus LPTQ Nagekeo telah berupaya mengaplikasikan gagasan cerdas dari berbagai elemen masyarakat dan umat beragama di kabupaten itu, dengan menambahkan cabang lomba seni budaya Islami. Itu meliputi lomba puitisasi islami, stand up komedi Islami dan lomba Qasidah.
Dengan tambahan lomba seni budaya Islam, jelas Muhayan, panitia menyiapkan dua piala kejuaraan umum yakni kejuaraan MTQ untuk cabang-cabang lomba seni baca tulis Al-quan dan musabaqah seni budaya Islam.
Perpaduan dua musabaqah ini, kata Muhayan, sebagai langkah maju dalam membangun keberagaman di Nagekeo.
Upaya demikian dimaksudkan agar masyarakat dan umat beragama, serta generasi muda umat Islam di Nagekeo tidak hanya memahami kandungab Al-quran secara kontekstual saja, tetapi dipahami secara maknawiah.
Sehingga, keberagaman seorang muslim tidak terjebak dalam konsep pemahaman sempit yang akan melahirkan fanatisme ashabiyah dan berujung pada pemahaman yang sesat atau aluran sempalan, radikalisme agama dan terorisme yang merupakan musuh bersama.
“Umat Islam di Nagekeo adalah umat Islam yang tumbuh dan berkembang dalam semangat kekeluargaan, serta semangat persaudaraan berakarkan budaya dan adat istiadat. Itu sebabnya kehidupan umat beragama di Nagekeo memiliki kekhasan dan keunikan di mata umat beragama di daerah lain,” ujarnya.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Adrianus Aba