Maumere Vox NTT– Desa Magepanda adalah salah satu desa di wilayah pantai utara Kabupaten Sikka. Jarak tempuh dari kota Maumere ke desa ini memakan waktu sekitar tiga puluh menit.
Desa Magepanda merupakan satu-satunya desa yang boleh dikatakan sebagai pemasok terbesar bahan pangan bagi warga kabupaten Sikka. Selain sebagai penghasil beras, jagung, sayur-mayur, bawang, tomat, Magepanda juga jadi pemasok buah-buahan seperti melon, semangka dll.
Di bawah kepemimpinan Servasius Mau, sang kepala desa, Desa Magepanda melejit maju dalam segala sektor pembangunan. Pertanian jadi fokus utama perhatian Servasius. “99% warga desa kami ini petani. Jadi, segala usaha untuk pembangunan memang diarahkan kepada pertanian,” Demikian Sertin, sapaan dari Servasius Mau.
Menurut Sertin, untuk tahun anggaran 2017 lalu ada aneka pengerjaan fisik pembangunan seperti pembangunan turap jalan dan deker di daerah Liba. Liba merupakan area pertanian warga, sehingga perhatian untuk akses petani dan jalannya air bagi para petani sawah jadi perhatian utama.
“Pembangunan fisik dan pemberdayaan memang diusahakan sebisa mungkin untuk berjalan seimbang. Prinsipnya, sebagai kepala desa bersama perangkat kami ingin berikan pelayanan yang terbaik bagi warga desa. Mimpi besar kami adalah semua warga desa mandiri dan berdaulat sebagai petani, ungkap Sertin.
Untuk membantu petani, desa juga menyiapkan tiga buah handtractor. Handtractor atau traktor tangan ini bisa dimanfaatkan warga desa untuk membajak lahan sawah. Warga dapat menggunakan sewa jasa traktor tangan ini dengan harga Rp 500.000 untuk lahan seluas satu hektar.
Pemasukan dari pemanfaatan sewa jasa traktor tangan ini ikut mendongrak pendapatan desa. Langkah ini ditempuh sebagai bagian dari mimpi tahap demi tahap membangun kemandirian petani.
Sertin lebih jauh mengapresiasi warga desanya yang saat ini banyak terlibat dalam pemanfaatan lahan utuk pengembangan jagung lamuru. Harga jagung lamuru perkilogram mencapai Rp 7.100 dan dibeli oleh Dinas Pertanian.
“Jadi pemanfaatan lahan untuk penanaman jagung sebenarnya bagus sekali untuk mengganti penanaman padi saat musim panas. Dengan demikian warga bisa memperoleh penghasilan yang lumayan besar dari menjual jagung hasil panen,” tambahnya.
Agustina Suprati, ketua kelompok Mekar Tani Magepanda secara terpisah kepada voxntt.com pada Juni lalu mengaku bangga dengan misi besar sang kepala desa dalam mewujudkan kemandirian petani.
“Sebagai petani kami yang tinggal di Magepanda ini seharusnya lebih giat untuk bekerja dengan keistimewaan yang telah alam berikan kepada kami. Sebagai seorang penangkar jagung lamuru,” ujar Tin, sapaan dari Agustina Suprati.
Dia mengungkapkan, jika tahun lalu kelompoknya menargetkan penanaman jagung lamuru di atas lahan seluas 14 hektar maka tahun 2018 ini mencapai 20 hektar.
“Dengan tanam jagung saja kita sudah bisa hidup. Intinya adalah kesetiaan merawat dan memelihara sampai dengan masa panen. Harga jagung lamuru sekarang itu menggiurkan jadi rugi kalau tidak ikut tanam jagung,” ungkapnya..
“Saat ini kami di kelompok lagi fokus pada lahan jagung kami. Kami berharap semoga harganya bisa naik sampai dengan Rp 8.000/kg. Dengan demikian mimpi besar untuk menjadi berdaulat dan mandiri bisa sejalan,” tambah Tin.
Penulis: Hengky Ola Sura