Borong, Vox NTT- Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Ruteng Santu Agustinus menggelar kegiatan Latihan Kepemimpinan Kader (LKK) di Hotel Golden, Peot Borong, Kabupaten Manggarai Timur sejak 27 -02 September 2018.
Kegiatan diikuti oleh 4 Cabang PMKRI yakni, PMKRI Ende, Ngada, Palopo dan Jakarta Pusat. LKK itu mengusung tema “Kepemimpinan Transformatif”.
Ketua Presidium PMKRI Cabang Ruteng, Servasius Sarti Jemorang mengatakan, organisasi itu terus menjadi tempat produksi pemimpin yang tangguh.
Cita-cita mewujudkan keadilan sosial, kemanusiaan dan persaudaraan sejati, kata dia, tak pernah selesai diperjuangkan.
Sebab, dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi PMKRI menjadi perhimpunan yang sangat penting dan diperlukan dalam kehidupan sosial.
“Kehidupan sosial masyarakat yang belum merdeka dari berbagai soal, memaksa PMKRI untuk terus melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Karena itu diperlukan latihan kepemimpinan,” kata Servasius kepada VoxNtt.com, Selasa sore (28/08/2018).
Servasius menyatakan, salah satu proses yang perlu dilalui oleh semua kader PMKRI adalah latihan kepemimpinan.
“Mengapa perlu dilatih? Karena pemimpin tidak dilahirkan, melainkan dilatih. Dilatih untuk melahirkan pemimpin yang mampu menjadi garam dan terang bagi dunia. Pemimpin yang mengabdi dengan jiwa dan semangat kekatolikkan,” ujarnya
LKK, kata dia, salah satu kurikulum pendidikan dan pembinaan formal berjenjang dalam PMKRI. Itu hanya diikuti oleh kader yang telah mengikuti pendidikan formal Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) dan Masa Bimbingan (MABIM).
“Keduanya adalah tahap pengenalan dan internalisasi nilai-nilai PMKRI. Maka di tingkat latihan kepemimpinan, PMKRI bertujuan membina kader ke arah pemahaman radiks tentang nilai-nilai PMKRI dan melatih kader untuk menjadi pemimpin yang diidealkan sesuai konteks zaman,” jelasnya
Kepemimpinan transformatif, lanjut Servasius, menjadi pemimpin tidak sekadar asal-asalan. Perubahan sosial, kata dia, akan terjadi tentu dimulai dari pemimpin.
“Tidak bisa tidak. Oleh karena itu, untuk melahirkan perubahan sosial, diperlukan pemimpin yang sanggup melakukan perubahan-perubahan sosial. Pemimpin yang sanggup menyelamatkan kehidupan masyarakat tertindas. Untuk itu, dibutuhkan pemimpin yang memiliki karakter transformatif,” katanya.
Servasius melanjutkan, tema yang diangkat berangkat dari refleksi panjang dan mendalam tentang pemimpin-pemimpin bangsa yang masih belum sanggup menyelamatkan Indonesia dari cengkeraman persoalan sosial.
“Justru banyak lagi pemimpin yang mengabdi tidak untuk mentransformasi tetapi malah membawa bangsa ini pada kemunduran,” tandasnya.
Kata Servasius, LKK kali ini diterjemahkan ke dalam berbagai proses. Proses pembekalan materi dan strategi gerakan sosial yang diikuti oleh peserta dan langsung dengan simulasi menjadi pemimpin untuk mengatasi masalah yang ada di lingkungan sekitar tempat kegiatan.
“Salah satu persoalan akut di Manggarai Timur adalah kemiskinan. Tentang kemiskinan itu, diperlukan kajian ilmiah dan analisis untuk melahirkan rekomendasi solusi yang tepat,” tutupnya.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba