Konon, musik tradisonal ini yang menjadi cikal bakal lahirnya nama edang (kemudian Kedang) di Lembata, Flores, NTT.
Edang tatong terdiri dari dua kata. E artinya “kami”, dang artinya “memukul” (memukul musik). Jadi, edang artinya kami memukul musik tatong.
Musik tatong dimainkan oleh satu orang tetapi menghasilkan tiga jenis bunyi yang berbeda. Sebenarnya dipetik/dipukul dengan menggunakan tangan tetapi belakangan sudah diganti dengan kayu.
Biasanya, musik tatong diiringi dengan gendang. Pada zaman nenek moyang, musik ini digunakan untuk acara memuji dewa Lia (anak dari dewa matahari/loyo) sehingga dikenal dengan istilah edang tatong lia namang yang artinya “Kami memukul tatong untuk mengiringi namang (sejenis tarian) untuk memuji lia.
Selain itu dipakai juga untuk acara penguburan jenazah, acara adat dan pesta-pesta lainnya ketika nenek moyang masih menetap di gunung Uyelewun.