Borong, Vox NTT- Anggota DPRD Manggarai Timur (Matim) Frumensius Frederik Anam merespon pemberitaan terkait Defita Astin (19), remaja putri asal Lada, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda.
Defita dikabarkan menderita cacat lumpuh, bisu, dan tuli sejak lahir pada 15 Agustus 1999 silam.
Sayangnya, hingga kini Defita tak kunjung mendapatkan bantuan dari Pemkab Matim, selayaknya penyandang disabilitas lain.
Padahal pada tahun 2011 lalu, keluarga Defita sempat didata dan difoto oleh petugas Pemkab Matim untuk mendapatkan bantuan. Namun hingga kini hanya kursi roda yang muncul, sementara yang lain-lain belum ada.
Terkait hal ini Mensi Anam pun angkat bicara. Anam meminta Pemerintah Desa (Pemdes) Satar Punda agar membuat surat permintaan bantuan ke Bupati Matim.
“Saya minta agar pemerintah setempat dalam hal ini pemerintah desa membuat surat kepada bupati, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten (Matim) untuk minta bantuan dilampiri dengan surat identitas kependudukan tembusannya ke DPRD,” ujar Politisi Hanura itu saat dihubungi VoxNtt.com, Kamis (15/11/2018).
Menurut Anam, DPRD akan mengawal permohonan yang disampaikan Pemdes Satar Punda nanti.
“Hari ini juga saya akan tanya kadis sosial perihal program bantuan terhadap penyandang disabiltas,” janji anggota DPRD asal Kecamatan Lamba Leda itu.
Ia menegaskan, pemerintah wajib memperhatikan kondisi warga yang cacat seperti Defita.
Dalam kesempatan tersebut, Anam sendiri menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga Defita karena baru mengetahui kondisinya dari pemberitaan media massa.
Padahal sejak tahun 2011 didata, namun pemerintah tidak menempati janjinya. Hanya kursi roda yang muncul.
“Saya menyampaikan terima kasih kepada Vox NTT yang telah mempulikasikan ini, sehingga kami tahu, pemerintah tahu, khalayak tahu bahwa ada disabilitas yang belum disentuh pemerintah secara maksimal,” kata Anam.
Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, meski Modestasia Eme (59) hanya tamat kelas IV SD, namun ia tampak tak gagap menyebut bantuan sosial (bansos) untuk penyandang cacat.
Ia sangat hafal kalimat itu sejak adanya bansos untuk penyandang cacat. Setiap tahun Modestasia mengaku terkadang iri hati.
Itu terutama saat ia melihat penyandang disabilitas lain mendapat bantuan dari pemerintah.
Sementara putrinya Defita Astin (19) yang menderita cacat lumpuh, tuli, dan bisu sama sekali tak disentuh oleh bansos untuk penyandang disabilitas.
Ia sangat sadar salah satu bentuk nyata kepedulian pemerintah terhadap penyandang cacat ialah dengan menyediakan bantuan khusus.
Sejak lama wanita paruh baya asal Kampung Lada, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda itu mengharapkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur (Pemkab Matim) agar meningkatkan kesejahteraan sosial putrinya, selayaknya penyandang cacat di banyak tempat.
Modestasia mengaku, jalan panjang yang penuh liku-liku selama 19 tahun terus menerpa Defita tanpa ampun. Selama itu pula, istri dari Fransiskus Nabat (71) tersebut mengharapkan sentuhan bantuan dari pemerintah.
Asa yang seakan tak pernah pupus itu muncul lantaran ia dan keluarganya hidup dengan serba kekurangan. Keluarga Modestasia cukup sederhana dan berkategori miskin.
Oleh karenanya, sandaran utama untuk menopang kehidupan putri keenam dari 8 bersaudara pasangan Modestasi Eme dan Fransiskus Nabat itu adalah uluran tangan kasih dari pemerintah dan pihak lain.
“Saya mohon pemerintah Manggarai Timur untuk membantu putri saya,” kata Modestasia penuh harap kepada VoxNtt.com di Kampung Lada, Selasa (13/11/2018).
Terkadang ia mengaku pasrah dan menangis dalam merawat putrinya yang penuh dengan kekurangan. Namun, ia tetap tabah sembari menunggu bantuan pemerintah.
Modestasia memang sempat bernafas lega saat didatangi petugas dari Pemkab Matim pada tahun 2011 lalu.
Saat itu keluarga remaja putri kelahiran Lada, 15 Agustus 1999 itu didata dan difoto oleh petugas di Desa Satar Punda. Modestasia mengaku, delapan tahun lalu itu konon putrinya didata dan difoto untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Namun, sejak saat itu hingga kini dambaan untuk mendapatkan bantuan tak kunjung terwujud. Hanya sebuah kursi roda yang muncul. Keluarga Modestasia merasa tertipu oleh pemerintah karena tak ada bantuan keuangan, sebagaimana layaknya orang cacat di banyak tempat.
Sebab itu, ia dan keluarganya masih sangat mengharapkan agar Pemkab Matim merealisasikan janjinya untuk membantu Defita dengan cara apapun.
Senada dengan istrinya, Fransiskus Nabat mengaku masih mengingat betul saat putrinya didata dan difoto petugas untuk mendapatkan bantuan pada tahun 2011 lalu.
Bagi Fransiskus, kegiatan pendataan itu belum dianggap angin lalu yang tak membekas dalam harapan keluarga mereka.
“Sampai sekarang kami masih menunggu dan sangat mengharapkan bantuan pemerintah,” katanya.
Pantauan VoxNtt.com, defita hanya duduk di lantai saat ibundanya mengisahkan penderitaannya selama 19 tahun.
Kedua matanya hanya menatap, sesekali mengeluarkan senyuman tanpa satu kata pun yang bisa diucapkan.
Ia tak banyak bergerak karena lumpuh. Defita juga tak bisa mendengar karena mengalami gangguan pendengaran sejak lahir.
Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Sekda Matim Fansi Jahang belum berhasil dikonfirmasi terkait belum terima bantuan atas Defita.
Dihubungi melalui pesan singkatnya, Selasa (13/11), Jahang mengaku masih mengikuti pertemuan di Kupang.
Ia berjanji akan menelepon kembali saat pertemuannya selesai.
Namun hingga Rabu (14/11), Jahang belum menghubungi VoxNtt.com.
Penulis: Ardy Abba