Ruteng, Vox NTT-Ruteng merupakan salah satu kota di Provinsi NTT. Ibu kota Kabupaten Manggarai itu masuk dalam daftar kota dingin di Indonesia versi skyscanner. Kota ini terletak pada ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut.
Kota Ruteng memiliki pemandangan seperti di Praha, ibu kota Republik Ceko. Itu karena banyak bangunan di dalamnya bergaya Eropa.
Ditambah lagi keindahan perbukitan Golo Lusang bagian selatannya yang diselimuti hutan nan hijau, selayaknya kota-kota di Benua Eropa.
Pemandangan alam pada puncak bukit Golo Lusang yang berbaris rapi, dengan diselimuti kabut yang kadang tersibak oleh hembusan angin.
Di bagian utaranya, satu arah pandang ditutup dengan Golo Curu, bukit yang merupakan salah satu tempat wisata religi di Manggarai.
Golo Curu terletak sekitar 2 KM dari pusat Kota Ruteng. Di atasnya, terdapat gua patung Bunda Maria.
Selain sebagai tempat wisata religi bagi umat Katolik, Golo Curu juga menawarkan keindahan panorama alam di sekitarnya yang eksotis. Ditambah lagi ruas jalan berkelok menuju puncak Golo Curu tentu saja menambah sensasi tersendiri.
Jika ke Golo Curu, pengunjung dengan bebas menikmati panorama persawahan Watu Alo dan Kenda di bagian utaranya.
Deretan petak sawah dipadu dengan padi nan subur mengisahkan permadani indah.
Menyambut mentari pagi, deretan petak sawah itu tertetesi butiran-butiran embun dan melekat erat di daun padi, tampak memancarkan sinar berkilau bagai mutiara yang berbias.
Di bagian timur Kota Ruteng juga tak kalah menariknya. Di arah timur laut, misalnya, terdapat Lingko Ratung, sebuah tempat wisata yang wajib dikunjungi jika ke Ruteng.
Untuk bisa mengakses keindahan alam Lingko Ratung, pengunjung bisa ke Golo Cador.
Golo Cador adalah nama sebuah bukit di bagian timur Bandar Udara Frans Sales Lega Ruteng, Kelurahan Satar Tacik, Kecamatan Langke Rembong.
Golo Cador tak jauh dari pusat Kota Ruteng. Hanya membutuhkan 5 hingga 10 menit saja dengan sepeda motor atau mobil, Anda sudah sampai di bukit ini.
Akses ke bukit ini melalui dua jalur. Bisa melalui Kampung Karot menyusuri tempat pacuan kuda di Kelurahan Pitak. Boleh juga melalui jalan Satar Tacik menyusuri jalan kecil di belakang Bandar Udara Frans Sales Lega.
Di ujung timur bukit itu, Anda bisa berdiri bebas sambil menikmati panorama sawah dengan bentuk jaring Laba-laba Lingko Ratung yang sungguh menakjubkan. Ke arah timurlah Anda menyaksikan betapa indahnya persawahan itu.
Di atas Golo Cador rerumputan dan semak belukar di kiri dan kanan berdendang ria dihempas angin menambah sensasi kunjungan Anda.
Lebih lama bertahan, angin dingin kelam berderik pasti turut menyemangati tangan Anda mengangkat kamera mengabadikan permadani persawahan berbentuk jaring Laba-laba nan eksotis.
Di atas permadani alam ini, Anda boleh menikmati dengan bebas panorama padi-padi tumbuh hijau hingga menguning siap panen. Ia membentang luas di areal persawahan dan serentak memancarkan aksara keindahan alam yang menarik.
Kabut putih yang ketika sedang menghapus mentari di bawah lereng pegunungan Ranaka di bagian selatan Golo Cador, tentu menjadi pelengkap dan obat penawar segala kepenatan hati Anda.
Tak hanya di bagian Lingko Ratung yang menarik dipandang. Bagian utara dari tempat Anda berdiri di Golo Cador, keindahan bentangan sawah-sawah para petani dari Kecamatan Wae Ri,i bakal memanjakan mata.
Selanjutnya di bagian barat kota Ruteng terdapat panorama keindahan bukit Kampung Bahong, Kecamatan Ruteng. Di atas bukit itu dibangun pemukiman warga dengan beragam desain rumah.
Beberapa bagian wajah Kecamatan Rahong Utara juga bisa dilihat ke barat laut dari Kota Ruteng.
Sampah Hantui Kota Ruteng
Konon, dahulu kala Ruteng dikenal dengan segudang keindahan alamnya yang masih asri. Kicaun burung terdengar merdu dari atas pepohonan yang hijau.
Desiran angin yang berirama dari pegunungan Golo Lusang dan sekitarnya selalu membuat warga Ruteng betah dengan alamnya.
Tak ada cerita tentang masalah sampah. Sejuk, tenang dan selalu menyajikan oksigen segar bagi manusia. Airnya bening dan jernih, berkelimpahan pula. Penghuni kota pun selalu melayang kegirangan.
Semua orang yang datang terpana dan terkesima akan alam Ruteng yang asri.
Namun itu cerita masa lalu. Lain dulu, lain sekarang. Ruteng sudah sudah berkembang. Kepadatan penduduk pun mulai bertumbuh subur.
Badan Pusat Statistik (BPS), misalnya, merilis pada tahun 2015 jumlah penduduk di Kecamatan Langke Rembong sebesar 76.374 jiwa dari total 319.607 penduduk di Kabupaten Manggarai.
Tahun 2016 naik sebanyak 2.776 yakni sebesar 79.150 jiwa dari total 324.014 penduduk di Kabupaten Manggarai.
Data ini menunjukkan adanya peningkatan populasi penduduk. Begitu pun Kota Ruteng yang dihuni oleh sebagian besar masyarakat Kecamatan Langke Rembong , dari tahun ke tahun tentu saja mengalami peningkatan populasi penduduk.
Kepadatan penduduk memang melahirkan berbagai masalah kehidupan manusia. Salah satunya terkait sampah. Di mana ada kepadatan penduduk, pasti di situ ada masalah sampah.
Hal tersebut dikarenakan setiap orang akan menghasilkan sampah dalam jumlah tertentu. Jika manusia tinggal di suatu tempat semakin banyak, maka sampah yang dihasilkan juga pasti bertambah.
Beberapa bulan sebelumnya, sampah di Kota Ruteng memang kian memprihatinkan. Sampah bertebaran di beberapa titik di kota itu.
Selain menganggu dan menghantui keindahan Kota Ruteng, sampah-sampah yang dibuang bebas di pinggir jalan pada beberapa titik menebarkan aroma bau busuk.
Segelumit persoalan sampah di Kota Ruteng memantik perhatian publik, pasca ia masuk dalam daftar kota kecil terkotor di Indonesia periode 2017/2018. Penilaian Adipura ini diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.
Deno Kamelus, Bupati yang Tak Mau Jadi Tukang Pungut Sampah
Ruteng dinobatkan menjadi salah satu kota kecil terkotor di Indonesia terjadi saat Deno Kamelus menjabat sebagai Bupati Manggarai.
Deno pun menyambut penilaian KLHK itu dengan lapang dada. Menurut dia, penilaian itu sebagai cambuk dan pemacu untuk membangkitkan kesadaran bersama.
Ruteng menjadi salah satu kota kecil terkotor di Indonesia harus menjadi pelecut semangat bersama, betapa pentingnya menjaga kebersihan.
Bupati Deno kemudian berpikir, problem sampah tak bisa diselesaikan dengan kata-kata semata, tanpa turun langsung melakukan pembersihan.
Sebab itu, ia menyambut baik respon cepat dari kelompok Gerakan Masyarakat Peduli Sampah (GMPS) Ruteng dan kelompok-kelompok peduli sampah lainnya di kota itu, yang dengan kompak melakukan gerakan kebersihan.
Catatan VoxNtt.com, semangat Bupati Deno bertumbuh subur untuk ikut membersihkan beberapa titik di Kota Ruteng pasca mendapatkan predikat dari KLHK.
Pada Jumat, 25 Januari 2019 lalu, misalnya, ia terjun langsung dalam gerakan kebersihan massal di Pasar Inpres Ruteng. Kegiatan yang menghadirkan ratusan warga saat itu diinisiasi oleh GMPS Ruteng.
Dingin mencambuk kulit tubuh akibat hujan kala itu tak menyurutkan semangat Bupati Deno. Sejak pagi hari, hujan terus mengguyur Kota Ruteng. Sesekali gerimis dan sesekali turun dengan lebatnya.
Akibat hujan sejak pagi, cuaca Kota Ruteng pun tampak tidak bersahabat. Keadaan langit agak gelap, tidak ada sinar matahari karena tertutup awan.
Cuaca ini rupanya tidak menjadi penghalang bagi Bupati Deno untuk berkumpul di Lapangan Motang Rua Ruteng bersama ratusan warga.
Saat itu, GMPS menggandeng sejumlah pihak, di antaranya, para ASN Lingkup Pemkab Manggarai, TNI/Polri, unsur agama dan tokoh masyarakat, Ormas, LSM, BUMN/BUMND, Lembaga Pendidikan, Karang Taruna, DPRD, perwakilan dunia usaha, pedagang, dan lain-lain.
Setelah acara deklarasi perangi sampah di Lapangan Motang Rua, Bupati Deno dan sejumlah Forkompinda, serta tokoh masyarakat dan agama kemudian turun memungut sampah di Pasar Inpres Ruteng. Mereka juga membersihkan drainase di pasar yang terletak di pusat Kota Ruteng itu.
Mobil sampah dari Dinas Lingkungan Hidup Daerah (DLHD) Manggarai, Mobil Damkar milik Dinas Pol PP dan Damkar, serta sejumlah mobil milik masyarakat turut digerakan dalam kegiatan pembersihan tersebut.
Tak hanya hari itu, Bupati Deno bersama GMPS kemudian melakukan gerakan serupa pada Jumat, 8 Februari 2019 lalu. Lokus pembersihannya masih di Pasar Inpres Ruteng.
Dalam gerakan ini, GMPS sebagai inisiator kegiatan menghadirkan banyak pihak. Mereka ialah, anak-anak SMA, ASN, TNI, dan juga warga Pasar Inpres Ruteng.
Selanjutnya, pada Jumat, 22 Februari 2019 lalu, Bupati Deno juga ikut mengambil bagian dalam gerakan kebersihan massal di Pasar Puni Ruteng.
Dalam kegiatan yang masih diinsiasi GMPS tersebut, terpantau Bupati Deno tanpa ragu membersihkan sampah dan WC umum di pasar yang terletak di Kelurahan Pau, Kecamatan Langke Rembong itu.
Pada Jumat, 8 Maret 2019, GMPS kembali menggandeng Bupati Deno dalam kegiatan talk show radio langsung dari Pasar Inpres Ruteng.
Kegiatan yang bertujuan untuk memberikan edukasi tentang kebersihan itu disiarkan langsung Radio Manggarai 88,0 FM.
Dalam sambutannya pada beberapa kali kegiatan pembersihan massal di Kota Ruteng, Bupati Deno selalu menyatakan bahwa ia dan unsur terkait lainnya hadir bukan menjadi tukang pungut sampah.
Menurut Deno, pihaknya bersama unsur terkait lainnya hadir secara langsung untuk membangun kesadaran bersama agar bertanggung jawab atas kebersihan di sekitarnya.
Penulis: Ardy Abba