Kalabahi, Vox NTT-Para umat beriman hendaknya aktif menentukan arah politik dalam seluruh kegiatan politik di tanah air, termasuk di Kabupaten Alor.
Karena itu Golput sesungguhnya bukan pilihan sikap politik terbaik bagi umat beriman dalam konstruksi perubahan sosial politik di daerah masing-masing.
Ketua Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) Keuskupan Agung Kupang, RD Maxi Un Bria,Pr menyerukan hal itu di Kalabahi, Sabtu (9/3/2019) dalam arahan pengantar diskusi politik dengan para tokoh pemuda, tokoh partai politik, para calon legislatif dan para tokoh masyarakat Kalabahi yang mengusung tema “Politik itu jalan mulia untuk perbaikan sosial”.
Menurut RD Maxi Un Bria, keterlibatan umat beriman, terutama umat Katolik, dalam seluruh sesion politik dipandang sebagai cara terbaik untuk menghayati iman sekaligus memuliakan tekad dan arah tujuan politik. Tujuan politik itu sendiri yaitu untuk kebaikan bersama.
Kebaikan bersama itu, kata Maxi Un Bria, seharusnya tidak hanya ditampakkan melalui cara-cara kita berpolitik atau meraih kepentingan politik, tetapi juga harus ditampakkan melalui pilihan yang bermutu dan berintegritas handal.
Karena itu, keterlibatan umat beriman dalam politik selalu dimaknai sebagai ekspresi dan penghayatan iman. Penghayatan itu selalu berpihak pada kebaikan dan kebenaran.
“Kebaikan dan kebenaran adalah kategori moral, tetapi juga kategori etis yang dambaan seluruh warga negara, karena hanya dengan demikianlah masyarakat politik dapat menjadikan politik sebagai jalan atau sarana pembebasan. Atau dalam bahasa biblis, sebagai jalan keselamatan umat manusia,” jelas Romo Maxi.
Tentu saja dalam seluruh proses berpolitik, sambung Romo Maxi, selalu ditemukan hal-hal buruk yang tidak sesuai dengan panggilan iman dan moral Katolik. Tetapi realitas buruk itu tidak lalu mematahkan semangat umat katolik untuk terlibat dalam perbaikan dan kebenaran.
“Sikap umat beriman yang hanya suka menonton, pasif, atau berdiam diri manakala ada fakta yang buruk atau masa bodoh dengan politik yang menampilkan cara-cara yang salah, dan tidak adil, sesungguhnya bertentangan dengan panggilan sosial umat beriman untuk memperbaiki keadaan,” katanya.
“Kita semua terpanggil untuk menentukan sikap yang jelas dan tegas. Dan, sikap tegas dan jelas yang diambil itu adalah sikap yang sekiranya sanggup membawa perubahan bermakna bagi kepentingan kebanyakan manusia. Bukan hanya kepentingan umat katolik. Orang Katolik tidak boleh bersikap eksklusif, apalagi membenci sesama saudaranya yang beriman lain. Umat katolik tidak boleh ikut-ikutan menghujat para tokoh politik dengan cara menyebarkan berita bohong atau menyebarkan kebencian. Justru umat Katolik harus berada di depan untuk menawarkan seluruh kebaikan bersama dan mengarahkan tindakan politik ke jalan yang benar dan damai,” tambah RD Maxi Un Bria.
Pertarungan Visi-Misi
Pada kesempatan yang sama, sejumlah calon anggota legislatif di level kabupaten dan propinsi dari daerah pemilihan Alor, mempresentasikan visi misi andaikan masing-masing mereka terpilih sebagai anggota legislatif pada pemilu 17 April 2019 mendatang.
Satu dari enam calon legislatif yang hadir pada kesempatan itu, Erni Anggrek dari PDIP, menyatakan visi misi dirinya sebagai anggota legislatif, tidak lain dari caranya untuk ikut menentukan jalannya rejim pemerintahan yang baik dan benar. Sehingga cita-cita untuk membebaskan rakyat Alor dari kemiskinan dapat lebih akseleratif.
Menurut Erni Anggrek yang juga adalah Ketua PDIP Kabupaten Alor itu, proses kempanye dipakai oleh dirinya dan team kerjanya sebagai salah satu ajang melakukan eduksi politik.
“Rakyat harus dibiasakan untuk ikut membaca, menilai, memengerti dan mau menghayati arti pentingnya memilih calon legislatif yang baik bagi kepentingan mereka sendiri. Sehingga memilih wakil rakyat itu tidak lain dari pantulan memilih kepentingan para pemilih itu sendiri,” ujar Errni Anggrek.
Erni Anggrek sangat konfiden mengatakan, PDIP bakal keluar sebagai pemenang dalam eleksi politik lokal di Kabupaten Alor.
Namun, hal senada diungkapkan para caleg Nasdem, PAN, Demokrat, Golkar dan Garuda pada sesi dialog. Mereka juga bertekad untuk memaksmalkan pengaruh politik mereka di masing-masing calon konstituen.
Tetapi dikhawatirkan, kampanye bernada sentimen etnik di Alor akan bangkit beriringan dengan hasrat menang dalam kompetisi.
Untuk itu, RD Maxi Un Bria, menyarankan agar memilih calon yang sungguh-sungguh sanggup menyuarakan secara berkualitas kepentingan politik rakyat.
“Duduk di legislatif itu tidak sekadar hadir fisikal, tetapi juga membawa ide-ide jelas dan cemerlang untuk kebaikan rakyat. Itulah sebabnya mengapa didorong habis-habisan para calon yang bermutu baik. Mutu baik secara intelektual dan mutu moral terutama antikorupsi,” ujar RD Maxi Un Bria.
Pada kesempatan itu, hadir antara lain biarawan Katolik setempat, Ketua Pemuda Katolik Alor, Ketua Wanita Katolik Alor dan 60 tokoh pemuda dan para aktivis sosial lainnya.
Penulis: Yohana Febry Rengka
Editor: Eka