Kupang, Vox NTT – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan, pendirian Terminal Liquified Petroleum Gas (LPG) atau Elpiji di kompleks Pelabuhan Tenau Kupang merupakan sebuah langkah maju menuju peradaban ekonomi baru NTT.
Terutama kata dia, dalam upaya memberikan pelayanan yang lebih maksimal kepada masyarakat NTT yang membutuhkan pasokan gas LPG yang murah dan terjangkau.
Hal itu dikatakan Viktor, saat memberikan sambutan pada kegiatan Groundbereaking atau Peletakan Batu Pertama Proyek Pembangunan Terminal LPG dan Ekspos Proyek Strategis Direktorat LSCI (Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur) dalam Upaya Meningkatkan Ketahanan Energi Nasional di Tenau Kupang, Senin (1/4/2019).
“Kegiatan hari ini dapat saya kategorikan sebagai satu langkah menuju peradaban ekonomi baru bagi NTT. Khusunya dalam memberikan pelayanan publik. Kehadirannnya harus memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat NTT,” kata Viktor.
Menurut Viktor, kehadiran terminal tersebut tentunya akan membuka akses-akses ekonomi masyarakat.
Selama ini kata dia, suplai dan seluruh logistik LPG berasal dari luar NTT khususnya Surabaya, tapi dengan kehadiran terminal tersebut, nantinya dapat mendorong pertumbuhan Stasiun Penyaluran Bahan bakar (SPB) Elpiji di Kabupaten/Kota se- NTT.
Harga elpiji yang semakin terjangkau juga, menurutnya akan mendorong masyarakat untuk melakukan konversi dari minyak tanah ke elpiji.
“Tentunya investasi Pertamina dengan pembangunan terminal LPG akan memberikan dampak yang baik bagi masyarakat NTT. Pendirian banyak SPB tentu saja akan menyerap tenaga kerja. Makin banyak investasi, daerah ini pasti bertumbuh menuju kemajuan. Pemerintah Provinsi juga akan mendorong masyarakat di ibu kota kabupaten se-NTT dan kota Kupang untuk menggunakan elpiji. Tentu sosialisasi akan terus dilakukan terhadap penggunaan gas ini supaya masyarakat perlahan-lahan terbiasa. Karena upaya konversi ke elpiji dapat menciptakan ruang fiskal yang besar bagi masyarakat, elpiji lebih murah dibandingkan minyak tanah,” jelasnya.
Terkait investasi Pertamina, Ia mendorong secara nyata agar dana investasi dapat mendatangkan manfaat besar bagi masyarakat NTT. Karena itu ia mengimbau agar sebagian dana tersebut dapat disimpan di Bank NTT sebagai Bank milik Pemerintah Daerah.
Setiap investor juga terus didorong agar memanfaatkan Bank NTT untuk bertransaski sehingga turut berkontribusi bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Yang mau bangun SPB, harus taruh dulu sebagian dananya di Bank NTT. Begitu juga untuk pengusaha-pengusaha yang mau berinvestasi di NTT, saya akan dorong untuk menyisihkan sebagian dananya lewat Bank NTT untuk mempercepat pembangunan di daerah ini. Setiap orang yang datang ke NTT berpeluang untuk masuk surga. Karena daerah ini termasuk daerah tertinggal. Dan setiap agama selalu mengajarkan, kalau mau masuk surga, harus bantu (orang) yang susah dan berkekurangan,” ujarnya.
Ia juga berharap, pembangunan terminal LPG ini dapat mendorong pengembangan pariwisata sebagai prime mover ekonomi NTT.
Viktor juga meminta agar Pertamina dapat mendorong pengembangan energi baru dan terbarukan di NTT.
“Di pulau Timor ini menurut penelitian dari Belanda dan Jepang, kita punya 50 titik potensi gas. Kita ingin meletakkan dasar dan mendorong pengembangan potensi gas ini untuk kemajuan NTT. Kalau hari ini kita bangun terminal LPG, ke depan kita bisa punya gas sendiri,” tandasnya.
Viktor juga meminta PT Barata Indonesia sebagai pemenang proyek pengerjaan Pembangunan Terminal LPG untuk bekerja secara serius. Kalau boleh pekerjaannya dapat diselesaikan sebelum waktu yang ditetapkan selama 18 bulan, karena sangat dibutuhkan oleh masyarakat NTT.
“Kalau bisa lebih cepat, lima belas bulan begitu, lebih baik. Juli atau Agustus, sebelum perayaan ulang tahun kemerdekaan, kita bisa gunakan. Kita memang harus cepat. Karena zaman sekarang, yang lebih cepatlah yang jadi pemenang sesungguhnya,” pungkasnya.
Terpisah, Direktur LSCI PT Pertamina Persero, Gandhi Sriwidodo mengungkapkan, kegiatan groundbreaking di Kupang merupakan kick of dari proyek pembangunan terminal LPG pada empat daerah di Indonesia Timur yakni Kupang, Bima (NTB), Ambon (Maluku) dan Jayapura (Papua).
Tujuannya kata dia, untuk menyukseskan program Pemerintah terkait konversi elpiji serta memenuhi kebutuhan elpiji nonsubsidi bagi masyarakat NTT.
“Pertamina tidak hanya mencari keuntungan ekonomis semata, tetapi juga menjadi agent of change atau agen pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat. Kami berharap, kehadiran terminal LPG akan beri dampak positif bagi geliat pembangunan ekonomi masyarakat NTT. Hal ini juga sejalan dengan dengan program pemerintah untuk energi yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat,” jelas Gandhi.
Menanggapi permintaan agar Pertamina mendukung penyimpanan dana investor pertamina ke Bank NTT, Ia mengatakan dukungannya terhadap usul inovatif dari Gubernur NTT. Ia meminta agar Bank NTT dijadikan sebagai salah satu bank persepsi pertamina. Bank Persepsi adalah bank penerima setoran BBM.
“Setoran-setoran SPBU dapat dilakukan melalui Bank NTT juga. Kita akan mendorong Bank NTT jadi salah satu Bank Persepsi Pertamina,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Barata Indonesia Persero, Oksarlidady Arifin pada kesempatan itu mengungkapkan Perusahaannya akan berupaya maksimal agar pekerjaan pembangunan Terminal LPG dapat diselesaikan sebelum tenggat waktu yang ditetapkan.
“Kami akan berusaha untuk selesaikan pekerjaan ini dengan sebaik-baiknya. Kami juga siap menyisihkan dana pengerjaan proyek ini di Bank NTT. Kami berharap sinergi dan dukungan dari pemerintah daerah dan Forkopimda agar pekerjaan ini dapat berjalan lancar. Sehingga masyarakat dapat segera menikmati manfaatnya,” harapnya.
Pada kesempatan tersebut, PT Barata Indonesia juga menyanggupi untuk memberikan sumbangan dua mesin pencacah sampah plasitik kepada Pemerintah Kota Kupang, sebagai bagian CSR perusahaan dalam mendukung upaya gerakan bersih dari Pemerintah Provinsi NTT dan Kota Kupang. Kapasitasnya 20 kg per jam.
Untuk diketahui, pada Terminal LPG Kupang akan dibangun dua tangki dengan kapasitas 2×500 MT (Metrik Ton) serta pembangunan jetty baru kapasitasn 1.000 sampai 6.500 DWT. Dana untuk proyek pembangunan terminal adalah sekitar Rp 300 miliar dengan lama waktu pengerjaan adalah 18 bulan dari saat groundbreaking.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Boni J