Kupang, Vox NTT- Wakil Gubernur NTT, Josef A. Nae Soi, meminta aparat Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar berada di garis terdepan dalam melakukan mitigasi dan penanganan bencana.
Menurutnya, semangat tangguh harus bisa diwujudnyatakan dalam mengurangi dan meniadakan kefatalan resiko bencana sesuai amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
“Jabatan anda sangat luar biasa. Bila anda banyak selamatkan jiwa manusia dan harta benda selama hidup di dunia, saya sangat yakin anda semua akan masuk surga. Bekerja dengan sungguh-sungguh, bekerja dari hati, dengan otak dan hati bukan hanya dengan otak dan otot,” ujar Nae Soi dalam arahannya saat membuka kegiatan Penguatan Kelembagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tingkat Provinsi NTT di Hotel Neo Aston, Senin (6/5/2019).
Menurut Nae Soi, sebagai daerah yang rawan bencana yang letak topografi dan letak geografisnya, membutuhkan kader-kader tangguh. Aparatur Penanggulangan Bencana yang siap siaga dalam menghadapi bencana. Bencana kata dia, memang tidak bisa dihindari, butuh upaya mitigasi yang bagus. Mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh agar selalu waspada.
Ia juga meminta agar aparatur penanggulangan bencana melakukan rencana aksi, terutama upaya preventif, melakukan pelatihan-pelatihan terhadap masyarakat dalam menghadapi situasi bencana.
“Ukuran (kesiapsiagaan) kita dalam bencana, begitu bencana kita langsung tanggap. Tidak butuh waktu lama, begitu dengar ada bencana, satu jam kemudian langsung melakukaan langkah-langkah cepat dalam melakukan tanggap darurat. Bapa-ibu kader bencana menjadi garda terdepan dalam upaya fase tanggap darurat. Ini kerja kemanusiaan yang luar biasa. Jadi, kalau ditempatkan ke Badan Bencana, tidak boleh anggap itu sebagai tempat buangan,” pungkasnya.
Tak hanya itu, ia juga meminta agar BPBD untuk melakukan analisisi Strengths/Kekuatan, Weaknesses/Kelemahan, Opportunities/Kesempatan, Threat/Ancaman (SWOT).
Dari analisis itu lanjut dia, harus lahirkan perencanaan aksi dan langkah-langkah konkret. Wagub secara khusus mengharapkan agar BPBD menaruh perhatian secara serius tehadap para penyandang disabilitas. Memberi pelatihan khusus agar mereka juga dapat mengetahui situasi bencana serta dapat menyelamatkan diri saat terjadi bencana.
“Dua minggu yang lalu, saya dibacakan puisi oleh saudara-saudara kita yang disabilitas. Mereka katakan, bapak, kami ini tidak bisa mendengar. Bagaimana, dari BPBD atau BNPB buat alat yang bisa bantu dengarkan alarm, tanda bencana. Bayangkan kalau ada ada alarm tsunami, tapi saudara-saudara kita yang tuli, tidak bisa mendengarnya. Begitupun denga saudara-saudari kita, penyandang disabilitis lainnya, kita harus memikirkan bagaimana supaya mereka juga menyelamatkan diri saat bencana,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris BPBD Provinsi NTT, Ambrosius Kodo, mengungkapkan tujuan kegiatan ini adalah untuk mensinerjikan perencanaan program kegiatan manajemen penanggulangan bencana secara terpadu. Juga untuk sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota se-NTT.
“Pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan penanganan bencana yang cepat dan tepat. Juga adanya perumusan langkah-langkah konkret yang harus dilakukan dalam menghadapi bencana di NTT ke depannya,” jelasnya.
Sekedar untuk diketahui, Kegiatan ini berlangsung selama dua hari terhitung sejak tanggal 6 sampai 7 Mei 2019. Melibatkan BPBD Provinsi, BPBD Kabupaten/Kota se-NTT, lembaga mitra pembangunan dan lembaga agama.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Boni J