Ruteng, Vox NTT– Ruang terbuka Mbaru Wunut (Rumah Ijuk) kini menjadi satu tempat berkumpul baru bagi warga terutama orang muda di Kota Ruteng, Manggarai, NTT.
Di rumah simbol budaya Manggarai tersebut, beragam aktivitas sering dilakukan, mulai dari rekreasi akhir pekan bersama keluarga, diskusi, maupun tempat nongkrong bersama teman atau sekadar untuk bersantai menghabiskan waktu luang.
Dengan design terbuka, kompleks ini dapat membantu menghilangkan stres setelah seharian beraktivitas. Tempat terbuka yang berada di tengah-tengah Kota Ruteng ini memberikan nuansa yang lebih segar untuk relaksasi dan beristirahat.
Kompleks Mbaru Wunut saat ini sudah dipercantik oleh tugu lima sila Pancasila. Pembangunan tugu ini bertujuan untuk mengingatkan pengunjung akan daya perekat persatuan bangsa sekaligus menegaskan Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia.
Pengunjung dapat menikmati suasana yang ASRI dan santai sambil sesekali mereguk pesan di balik tugu Pancasila tersebut.
Semakin sore, suasana di lingkungan Mbaru Wunut biasanya semakin ramai. Para pengunjung baik tua, muda dan anak anak dapat menikmati kehangatan senja sambil melepas lelah di tempat ini.
Mbaru Wunut yang konon menjadi istana Raja Manggarai, Alex Baroek tetap menampilkan ciri khasnya menggunakan atap ijuk (wunut).
Kekhasan historis dan estetis inilah yang membuat suasananya makin bernilai. Dengan gaya bangunan rumah tempo dulu, pengunjung seperti memasuki mesin waktu untuk kembali ke zaman kerajaan.
Kala ‘Niang’ Todo Jadi Lautan Api Disergap Pasukan ‘Purak’ Cibal
Kini sudah ada beberapa lapak penjualan, sehingga para pengunjung bisa lebih lama bersantai sambil menikmati kopi Manggarai dengan harga yang terjangkau.
Tidak hanya menikmati kopi, ruang terbuka di kompleks Mbaru Wunut memungkinkan pengunjung melakukan banyak aktivitas lain seperti membaca, melukis hingga berdiskusi tentang budaya.
Bagi yang ingin berfoto-foto, tempat ini juga menyediakan view yang cukup eksotis. Dengan latar belakang Gunung Golo Lusang dan kawasan pegunungan Mandosawu, pengunjung bisa berpose sepuasnya dari tempat ini. Selain itu, ada juga patung pahlawan Manggarai, Motang Rua yang terletak di depan rumah Wunut.
Satu lagi, bagi generasi milenial ingin selalu online, pemerintah sudah menyediakan WiFi gratis yang terbuka untuk umun. Para pengunjung bisa mengakses internet sepuasnya di tempat ini.
Tempat yang menjadi salah satu ikon kota Ruteng ini ditata kembali atas kerja sama Pemerintah Kabupaten Manggarai dengan Komunitas Ca Nai yang berada di Kota Ruteng.
Sempat Tak Terurus
Ketua Komunitas Ca Nai, Teddy Nahas mangaku, sebelumnya lingkungan rumah Wunut tidak diperhatikan oleh masyarakat maupun pemerintah Kabupaten Manggarai. Keberadaannya seperti hanya sebagai simbol namun tak memiliki nilai.
Sebelumnya, kebersihan dan keindahan Mbaru Wunut terganggu oleh sampah yang berserakan, kaca jendela yang pecah, dan kondisi gelap gulita karna tidak ada lampu penerangan.
Faktor lain juga kata Teddy, karena adanya aksi vandalisme yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Tembok pagar dan dinding Mbaru Wunut diwarnai dengan coretan liar.
“Dulu di sini (mbaru wunut) sangat kotor, sampah berserakan maupun aksi vandalisme. Sehingga pertama dulu kami harus membersikan terlebih dahulu kotaran yang ada, baru ditata kembali,” jelasnya kepada VoxNtt, Sabtu sore (26/05/2019).
Karena ada rasa cinta terhadap budaya Manggarai, sehingga sekolompok pemuda di Kota ruteng berinisiatif untuk mendirikan komunitas Ca Nai guna merawat Mbaru Wunut dan lingkungan sekitarnya.
Berawal dari diskusi biasa, akhirnya mereka berhasil melakukan pendekatan dengan pemerintah kabupaten Manggarai untuk menata ulang kompleks tersebut.
Dari dinding yang sebelumnya dipenuhi coretan liar, kini menjadi kinclong setelah dicat ulang. Di sekitar area tersebut juga sudah ditanami berbagai macam bunga.
“Awalnya kami hanya diskusi biasa saja, tapi setelah dapat persetujuan dari pemerintah sehingga kami bisa menata tempat ini sampai menjadi seperti yang sekarang ini. Mimpi besar kami yah supaya budaya Manggarai ini bisa dijaga dan dilestarikan oleh generasi muda” tuturnya.
Untuk diketahui, Anggota Komunitas Ca Nai berasal dari berbagai komunitas yang berbeda. Kini anggotanya berjumlah kurang lebih 200-an orang.
Kedepannya Komunitas Ca Nai juga akan melaksanakan berbagai kegiatan di lingkungan rumah Wunut diantaranya pentas seni dan budaya, festival kuliner, bakti sosial maupun kegiatan lainnya.
“Kami berasal dari berbagai kumunitas yang berbeda, ada yang dari komunitas motor, tarung derajad dan komunitas lainnya, kami juga sering adakan live music dan diskusi budaya tapi tidak berbau politik. Kalau kuliner untuk sementara baru ada dua mungkin kedepannya akan ditambahkan” pungkas Teddy.
Penulis: Pepi Kurniawan
Editor: Irvan K