Borong, Vox NTT-Di Manggarai Timur (Matim) rupanya kesejahteraan guru belum diperhatikan serius oleh pemangku kebijakan di kabupaten itu.
Hampir setiap pergantian roda kempemimpinan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PK), polemik guru masih terus terdengar hingga saat ini.
Tiga kadis berganti, sejak Fransiskus Selamat, Frederika Soch hingga Basilius Teto geliat membangun pendidikan seolah belum menyentuh persoalan yang paling mendasar yang dialami para guru di Matim.
Berikut sejumlah fakta terkait nasib guru yang dihimpun VoxNtt.com:
Pertama, Gaji Guru Dipotong
Pada masa Kadis Frederika Soch besaran gaji guru THL di Matim awalnya Rp 1.250.000. Namun, dia menurunkan gaji guru THL itu menjadi Rp 700.000 tiap bulannya.
Hal ini pun sempat memicu polemik antara pemerintah guru dan juga DPRD. Namun, lambat laun persoalan itu pun dingin dan hilang.
Walau pada akhirnya gaji para guru THL dibayar sesuai dengan kesepakatan awal Rp 1.250.000, namun sejak masa Basilius memimpin Dinas PK Matim besaran gaji guru saat ini semuanya sama yakni Rp 700.000 setiap bulan.
Hal itu diketahui sejak kadis Basilius mengadakan seleksi guru penerima insentif.
Kedua, Gajinya Sering Ditunda
Penundaan penerimaan gaji guru bukan hal baru. Pada (28/05/2019) lalu, sudah 5 bulan honor guru komite yang menerima Bosda belum diterima.
Basilius berjanji gaji guru dalam waktu dekat akan masuk ke rekening setiap guru. Bahkan dirinya mengaku, honor guru insentif sudah 1 (satu) bulan diproses di Badan Keuangan dan mungkin sekarang sementara diproses di Bank NTT.
Walau tak ada unsur kesengajaan, namun keterlambatan itu sudah membuat para guru di Matim susah dan sedih.
Ketiga, Hasil Testing Guru Masih Abu-abu
Hingga kini testing guru penerima insenstif belum menemukan titik terang. Dari pengakuan kadis Basilius, berdasarkan hasil analisis kebutuhan guru Matim saat ini membutuhkan 1.225 orang.
Namun, pihaknya kini tengah melakukan analisis berdasarkan kebutuhan dan perangkingan dari setiap peserta.
Basilius juga meminta agar pihaknya diberi waktu untuk melakukan analisis padahal testing tersebut dilakukan secara online yang bekerja sama dengan beberapa pihak di luar pemerintah.
Keempat, Lama Mengabdi Tak Diperhitungkan
Menjadi guru di Matim lamanya masa mengabdi tidak diperhitungkan. Pada masa Basilius ada banyak guru yang sudah mengabdi lebih dari 5 tahun tetap mengikuti seleksi penerima insenstif guru.
Padahal, sebelumnya sudah diinformasikan bahwa guru yang sudah lama mengabdi akan menjadi prioritas oleh pemerintah daerah Matim. Bahkan Basilius kala itu dinilai melanggar kesepakatan antara pemerintah dan DPRD.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba