Borong, Vox NTT-Jarum jam menuju pukul 15.00 Wita, kabut pun mulai menyelimuti kampung. Nama kampung itu Jong. Letaknya di Desa Benteng Raja, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Flores-NTT.
Kampung ini dingin dan sejuk. Beruntung kopi buatan mama Getridus Amur belum dingin. Masih bisa bertahan menghangatkan dada.
“Tepat tanggal 1 bulan Januari 2006 ia sudah bisa berjalan,” ucap mama Getridus dengan pelan saat berjumpa VoxNtt.com beberapa waktu lalu.
Getridus adalah ibunda Karolus Sarum. Sejak kecil Karolus menderita sakit. Ia lumpuh. Enam tahun lamanya.
Konon, Getridis nyaris putus harapan. Namun, ia tetap kuat. Ia terus merawat sang buah hati. Kasih, cinta dan kesabaran adalah kunci, untuk merawat Karolus hingga sembuh. Kisah 6 tahun itu pun, bagi ibunda adalah cerita kelam di masa silam.
Kini, Karolus sudah berusia 18 tahun. Ia perlahan merasakan bebas dari beban hidup. Bukan lagi tangis yang tergambar dari parasnya. Namun, senyum sumringah selalu ia berikan pada setiap insan yang datang menemuinya.
VoxNtt.com pun memberanikan diri mengajaknya untuk berpose bersama di depan halaman rumah miliknya itu. Ia sangat senang. Berpelukan layakanya saudara. Padahal, baru kala itu VoxNtt.com berkenalan dengannya.
Bicaranya tak terdengar jelas. Namun, ada getaran “harapan” dalam dirinya. Ia ingin sembuh. Layaknya teman sejawat yang kini, tengah menikmati masa remaja. Ia ingin sehat dan menjadi pria kuat. Agar kelak, dapat membantu kedua orang tuanya.
“Kami sekeluarga hampir menghabiskan uang jutaan rupiah untuk merawat dia. Dia dulu sakitnya para sekali,” imbuhnya.
Namun bagi mama Getridus uang bisa dicari. Kesembuhan buah hati adalah hal pertama dan utama bagi ia dan sekeluarga.
“Karolus adalah harta yang paling berharga bagi kami sekeluarga,” kata sang ibunda pelan.
Karolus anak bungsu dari 3 bersaudara. Sang ayah Moses Sanu kini berada di perantauan. Ia ditemani bersama sang ibunda dan sang kakak Fulbertus Rayu.
Tahun 2007 silam, ketika sudah bisa berjalan, Karolus sempat ditawari untuk mengenyam pendidikan di salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) di Manggarai Timur. Namun, ia menolak dan memilih tinggal bersama sang ibunda di desa itu.
“Dia tidak bisa jauh dari kami di sini, dia sangat mencintai kami sekeluarga,” ucap mama Getrudis.
Pernah Jatuh Saat Umur 3 Bulan
Karolus terlahir sempurna. Namun, di usia 3 bulan Karolus kecil mengalami masa kelam dalam hidupnya.
“Dulu dia sempat jatuh oleh salah satu anggota keluarga kami. Waktu itu dia masih gendong Karolus tetapi tidak tahu kenapa akhirnya Karolus jatuh,” kisah sang ibunda.
Lantas tak pernah diceritakan, Getrudis menganggap putranya itu biasa-biasa saja. Ia tak pernah membayangkan jika Karolus mengalami kelumpuhan.
“Kami sekeluarga baru dapat kabar itu setelah 3 tahun kemudian, tetapi kondisi Karolus saat itu sangat parah. Dia tak bisa berjalan. Pokoknya sangat parah,” ucap mama Getridus sembari menawari untuk menyeruputi kopi.
Getrudis sempat diam. Ia nyaris berlinang air mata. Rupanya ia tak tahan, tatkala lembaran kenangan itu dibuka kembali.
Namun, di balik kisah itu mama Getrudis yakin putranya adalah seorang pejuang tangguh. Ia mampu, bangkit dari keterpurukan hidup. Keterbatasan merubahnya menjadi kekuatan baru dalam hidupnya.
“Dulu dia sering latih untuk jalan. Dia paksa turus supaya bisa jalan. Bahkan beberapa kali dia jatuh tapi bangkit lagi. Memang dia ingin sekali sembuh,” ujar mama Getrudis sambil menatap Karolus yang kala itu tengah duduk di kursi.
Karolus tersenyum mendengar cerita sang ibunda. Ia berusaha merajut kata dan berucap. Memang tak terdengar jelas. Namun, sang ibunda mengerti maksud dan tujuan dari putranya itu.
Mukjizat Tuhan
Di balik derita yang dialami itu, mama Getrudis yakin mukjizat Tuhan berkarya atas kesembuhan anaknya. Doa adalah kekuatan. Ia berserah pada sang Khalik Agung.
“Banyak dukun yang kami panggil bahkan kami pergi periksa dia di dokter selama 3 kali, tetapi tetap saja belum ada perubahan yang luar biasa waktu itu,” kisahnya.
Entah apa di benak mama Getrudis, suatu hari ia ingin sekali pergi mengunjungi salah satu pusara neneknya yang telah lama meninggal. Sudah lama ia tak pergi berziarah ke kubur itu.
Namun, saat ingin pergi, Karolus kecil pun ingin mengikuti sang Ibunda. Ia bahkan memaksa ibunya.
“Waktu itu kami mau pergi bakar lilin ke neneknya Karolus, tetapi anehnya dia (Karolus) ingin pergi dan memaksa kami supaya jalan sama-sama, ke kubur neneknya,” ucapnya.
Setelah pulang dari tempat itu, mukjizat seolah berkarya atas Karolus. Ia sudah bisa berjalan. Sang ibunda pun kaget. Ia tak pernah menyangka, putranya itu hingga kini sudah bisa berjalan.
Dari rentetan kisah itu, Karolus sempat di data oleh Dinas Sosial (Dinsos) Matim untuk mendapat bantuan. Tetapi sayang bantuan itu hanyalah janji manis. Sepeser pun ia tak pernah menikmatinya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba
Baca Juga: Anas Undik, Janda yang Bertahan Hidup di Tengah Gempuran Kemiskinan